Jumat, 28 September 2012

Ke Mana Pariwisata Karo?




Oleh: Swadaya Tarigan ST (Medan)





Kabupaten Karo memiliki banyak tempat wisata; Sipiso-piso, Sibayak, Sinabung, Lau Debuk-debuk, Lau Kawar, Sikulikap, Penatapen, Tahura, Desa Lingga, Desa Dokan, Berastagi, Uruk Tuhan, Taman Resort Simalem, dll. Warga Karo umumnya ramah dan sopan serta memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan.
Sektor pariwisata harus ditingkatkan untuk memperluas lapangan kerja sekaligus menambah Pendapatan Asli Daerah. Pertambahan penduduk Kabupaten Karo  dalam 5 tahun ini cukup tinggi, 2,2%/ tahun. Kondisi ini membuat beban perekonomian Kabupaten Karo yang mengandalkan pertanian, semakin berat. Ratio luas lahan pertanian dengan jumlah penduduk makin kecil. Rata-rata kepemilikan lahan saat ini adalah ± 0,8 ha/ KK (2008). Kontribusi pertanian terhadap PDRB Kabupaten Karo adalah 60,1%.Terbatasnya luas lahan pertanian mendorong pengalihan fungsi lahan-lahan kritis dan hutan menjadi lahan pertanian. Ini sudah terjadi di hampir semua kecamatan, terutama Kecamatan Laubaleng dan Kecamatan Mardinding yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir.
Dengan kondisi begitu, struktur penopang perekonomian Kabupaten Karo harus secara bertahap diarahkan ke sektor-sektor unggulan non-pertanian; spt. jasa, perdagangan-hotel-restoran, dan pariwisata. Walaupun sektor jasa perdangangan-hotel-restoran berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Karo hingga 24% lebih, warga yang terlibat di dalamnya masih sedikit. Padahal, Kabupaten Karo memiliki banyak potensi untuk dikembangkan
Letak Kabupaten Karo sangat strategis. Dekat dengan ibukota propinsi yang juga merupakan pintu utama mancanegara dan juga lintasan 5 kabupaten menuju Medan (Aceh Tenggara, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Toba Samosir). Kabupaten Karo berada di dataran tinggi Bukit Barisan (400-1500 m dpl) dan dikelilingi hutan tropis yang luas sehingga berhawa sejuk dan segar.
Di Kabupaten Karo tersedia hotel-hotel dari kelas melati hingga berbintang taraf internasional. Hotel-hotel berbintang ini dalam beberapa tahun belakangan umumnya penuh setiap akhir pekan dan hari-hari libur. Umumnya pengunjung adalah wisatawan lokal, peserta seminar, rapat-rapat pemerintahan dan para pelaku bisnis.
Pemkab Karo sebelumnya belum maksimal mengembangkan pariwisata di daerah ini. Ke mana pariwisata Karo akan dibawa oleh bupati Karo yang sekarang? Perbaikan infra struktur terutama jalan-jalan kiranya mendapat prioritas di atas semuanya. Selain penting untuk peningkatan pariwisata juga penting untuk sektor-sektor lainnya seperti pertanian dan pergerakan warga.

Lomba Rakit Tradisional di Lau Kawar


NGGUNTUR PURBA. NAMANTERAN. Untuk memajukan pariwisata di wilayahnya, Pemkab Karo mengadakan Lomba Rakit di Danau Lau Kawar (Kec. Namanteran, Kab. Karo) [Minggu 23/9].
Perlombaan rakit tradisional yang diikuti oleh 10 tim mewakili desa-desa yang terletak di sekitar Danau Lau Kawar ini dihadiri oleh 1.500 penonton termasuk unsur-unsur Muspika Kabupaten Karo, Danramil, dan Camat Namanteran Tenang Ukur br Surbakti. Acara dibuka oleh Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Karo, Dinasti Sitepu.
Camat Namanteran menilai perlombaan ini sangat positip untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke Danau Lau Kawar. Beru Surbakti ini mengharapkan agar Pemkab Karo terus memberi dukungan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Lau Kawar untuk meningkatkan pariwisata daerah ini.
Adapun para pemenang lomba rakit tradisional ini adalah Tim Kawar Indah (Juara I), Tim Singgarang-garang (Juara II) dan Tim Kebayaken (Juara III).



Menuju Deklarasi, Gebu Karo akan Merebak ke Seluruh Negeri



SUPRIADI PURBA. KABANJAHE. Pertemuan Gebu Karo yang ke 5 di Sekretariat Komplek Konen, Kabanjahe [Minggu 23/9], dihadiri 18 orang pengurus dan anggota. Pertemuan kali ini  lebih spesial, sehubungan dengan kehadiran akuntan senior/ staf ahli TELKOMSEL, Josua Tarigan SE Ak. dari Jakarta.


Dalam pertemuan itu, Josua Tarigan menyampaikan materi terkait “Stategic Planning Gebu Karo”. Dia mengajak seluruh pengurus dan anggota Gebu Karo membuat inovasi dengan membuka pasar bagi terwujudnya perubahan dalam masyarakat. Salah satunya dengan “Karo Enterprise” melalui strategi perencanaan yang baik sehingga ada kemajuan dalam rangka menciptakan perekonomian sekaligus menciptakan pasar yang baik bagi petani Karo. Dalam kesempatan ini juga, Tarigan mergana ini mengajak seluruh pengurus dan anggota Gebu Karo untuk transparan dan bertanggungjawab terhadap semua hal berkaitan dengan organisasi.“Berikan kepercayaan kepada masyarakat Karo sehingga ada hal yang bisa diambil dan selanjutnya kepercayaan itu akan membuat masyarakat pro aktif dalam memberikan tanggungjawab untuk kemajuan Karo. Saya mengajak seluruhstake holder Gebu Karo memperluas jaringan sehingga masyarakat Karo terbantu melalui jaringan itu, khususnya dalam hal pertanian,” ajaknya.
Petrus Sitepu yang juga pengurus Gebu Karo sangat mendukung adanya tindak lanjut ke depan terkait pembangunan masyarakat. Dia bahkan telah mempersiapkan sebuah pusat pelatihan dalam rangka membangun pertanian dan peternakan sekaligus pendidikan Karo dengan luas lahan 1,5 Ha di Desa Sukadame (Kec. Tigapanah, Kab. Karo).



Gebu Karo Mengudara
Pengurus Gebu Karo lainnya Usaha Barus mengatakan kepada seluruh peserta yang hadir, dalam waktu dekat, Gebu Karo on air di radio yang dapat didengar di seluruh Kabupaten Karo.
“Siaran radio ini bermaksud untuk mensosialisasikan berbagai hal yang berkaitan dengan pertanian Karo melalui dialog interaktif dengan pendengar, khususnya bagi yang ingin tahu apa yang terjadi dengan tanaman yang sedang dikelolanya,” terangnya.
Usaha Barus yang juga Ketua MJI (Masyarakat Jeruk Indonesia) Kabupaten Karo ini menambahkan, momen siaran radio akan dipergunakan untuk mensosilisasikan Gebu Karo sehingga ke depannya masyarakat dapat berkontribusi lewat Gebu Karo.
Junius Karo Sekali yang merupakan Ketua Gebu Karo menyambut positip rencana sosialisasi melalui radio. Namun, dia menambahkan, hendaknya penyuluhan langsung terhadap petani Karo juga dilakukan. Selanjutnya dia mengabarkan bahwa STTK, sebuah kelompok tani Karo, memiliki program yang nantinya akan disosialisasikan sebagai bagian dari program Gebu Karo.
“Penyuluhan lewat radio dan penyuluhan langsung di lapangan akan saling melengkapi sehingga kemajuan dalam hal pertanian ke depannya dapat tercapai,” ujarnya.


Tindak Lanjut
Salah satu bahasan yang tidak kalah pentingnya dalam pertemuan itu adalah pertanyaan bagaimana program Gebu Karo ke depan. Apa yang akan dilaksanakan guna memenuhi visi dan misi serta kaitannya dengan upaya membangun kepercayaan masyarakat Karo sedunia.
Josua Tarigan memberikan masukan bagaimana kalau tahun depan (rencana jangka panjang) Gebu Karo memfasilitasi pertemuan Alumni Karo se dunia di Berastagi atau Kabanjahe. Dia menganjurkan agar pertemuan tersebut sekaligus merupakan acara penggalangan dana, memperkenalkan Gebu Karo dan menjaring kekuatan orang-orang Karo dari lintas profesi.Semua anggota dan pengurus Gebu Karo yang hadir cukup aktif memberikan tanggapan positif terkait masukan ini. Kesimpulannya, direncanakan pada tahun 2013, tepatnya 17 Agustus 2013, dilaksanakan kegiatan Temu Alumni Karo di Tanah Karo.
Selain itu, Gebu Karo juga akan melakukan audiensi dengan ketua DPRD Karo dan Bupati Karo yang merupakan pejabat tertimggi di Kabupaten Karo. Audiensi ini bermaksud untuk memperkenalkan sekaligus meminta dukungan kepada Pemkab Karo pada acara peresmian Gebu Karo dalam waktu dekat. Di saat itu juga akan dideklarasikan visi misi Gebu Karo lewat acara yang akan meriah tapi penuh kesederhanaan. Selanjutnya melalui pertemuan ini juga diharapkan Gebu Karo semakin bersemangat untuk menghimpun kekuatan seluruh masyarakat Karo di dunia agar audiensi serupa bisa dilakukan di Medan, Simalungun, Deliserdang, Dairi dan daerah-daerah lainnya.




Geo Park Toba
Dalam rapat terakhir, Jonathan Tarigan tidak bisa hadir karena berhalangan dan ada keperluan yang sangat penting. Namun demikian, dia menitipkan pesan kepada pengurus Gebu Karo untuk membicarakan Geo Park Toba yang sedang dalam pembahasan untuk menjadi kawasan Geo Park International dimana Tanah Karo termasuk di dalamnya.
Pengurus Gebu menyepakati untuk bertemu dengan geolog kondang ini dalam waktu dekat guna membahas Geo Park, khususnya berkenaan dengan peran Gebu Karo dalam Geo Park Toba. Berkaitan dengan ini, Wakil Ketua Gebu Karo Patris Ginting menyampaikan bahwa Unesco sudah menetapkan Bali sebagai salh satu kawasan Geo Park di dunia. Dia mengingatkan, Danau Toba merupakan salah satu keajaiban dunia yang memiliki keindahan dan daya tarik luar biasa yang juga sedang dalam pembahasan panitia Geo Park International.
Kesan optimis dan bersemangat sangat terasa dalam pertemuan pengurus Gebu Karo kali ini.

Asyik Minum di Cafe, Security PMTOH Diparang


IMANUEL SITEPU. MEDAN. Lagi asyik minum di salah satu cafe yang terletak di Jl. Flamboyan Raya, Medan, M Yatim (26) warga Jl. Ngumban Surbakti, Pondok Kelapa, Medan, dihajar menggunakan senjata tajam oleh 15 pria [Minggu 23/9 sekira Pkl. 03.00 Wib]. Akibatnya, korban mengalami luka di sekujur tubuh. kejadian inipun langsung dilaporkan korban ke Polsek Delitua [Minggu 23/9 sore].
Informasi yang dihimpun oleh Sora Sirulo di Mapolsekta Delitua [Minggu 23/9 sore] saat korban membuat pengaduan menyebutkan, saat itu, korban yang sehari-harinya berprofesi sebagai security PMTOH sedang asyik minum di cafe bersama temannya bernama Eko warga Jl. Perjuangan Setia Budi, Medan. Tiba-tiba, korban didatangi oleh 15 orang yang salah satu pelakunya berinisial W. Mereka mengajak korban untuk keluar. Korban yang tak tahu apa-apa, mengikuti kehendak kelimabelas pelaku. Setelah sampai di parkiran, korban dituduh memukuli teman mereka yang disebut-sebut bernama Jaka. Korban tak mengakui kalau telah memukul Jaka. Tak terima dengan pengakuan korban, para pelaku ini langsung memukul dan menghajar korban dengan senjata tajam.
Beruntung korban dapat melarikan diri ke semak-semak dekat cafe tempatnya minum. "Saya berhasil melarikan diri ke semak-semak. Paginya baru saya keluar. Saat itu saya minta tolong sama Satpam perumahan dekat cafe itu. Satpam itu kemudian mengantar saya ke RS Adam Malik untuk dirawat," terang korban di Mapolsekta Delitua. Ditambahkannya, dari 15 orang yang menghajarnya cuma satu yang dia kenal yaitu W. "Saya kenal W dari teman saya. Nggak tau salah saya apa sehingga mereka menyerang saya," ujarnya sembari menahan sakit di bibir dan tangan.

Kapolsek Delitua Kompol S.P. Sinulingga melalui Kanit Reskrim AKP S. Sembiring saat dikonfirmasi membenarkan telah menerima laporan dari korban. "Saat ini, kita masih meminta keterangan dari korban untuk menuntaskan kasusnya," terangnya.

Foto: Korban saat membuat pengaduan ke Mapolsek Delitua.

Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian RI Meninjau Ladang Jeruk Tanjungbarus


Dirjen Mendengar Serius Penjelasan Ir. Usaha B. Barus Tentang Hama Lalat Buah


ITA APULINA/ RANEVI. BARUSJAHE. Dirjen Hortultura Kementrian Pertanian RI (Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim)  beserta rombongan mengadakan kunjungan mendadak ke Desa Tanjungbarus (Kec. Barusjahe, Kab. Karo) untuk mengamati dari dekat ladang pertanian jeruk warga desa itu [Selasa 25/9 Pkl. 13.00- 14.00). Ikut dalam rombongannya adalah Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba. Rombongan ini diterima oleh Kepala Desa Tanjungbarus, Camat Barusjahe dan beberapa petugas PPL Kabupaten Karo. Dalam kunjungan itu, Dirjen Hortikultura bersama rombongan menyempatkan diri berbincang-bincang dengan sekitar 50 petani jeruk dan mendengarkan penjelasan mengenai serangan hama Lalat Buah (Bactocera spp.) dari Ir. Usaha B. Barus yang merupakan Ketua Umum MJI (Masyarakat Jeruk Indonesia) Sumut.

Lalat Buah
“Serangan hama Lalat Buah pada buah jeruk telah merugikan petani Kabupaten Karo sebanyak Rp.1 Trilyun dengan tingkat serangan mencapai 60 - 95% sejak 2011 hingga 2012 ini,” demikian Usaha  Barus memulai paparannya kepada Dirjen dan anggota DPD RI beserta rombongan yang mendengar dengan sangat serius.
Selanjutnya Usaha Barus yang juga Ketua Dewan Pengawas Gebu Karo ini menyampaikan bahwasanya pemerintah terkesan tidak serius menangani hama lalat buah di Kabupaten Karo. “Hama lalat buah harus dibasmi hingga tuntas, tidak bisa setengah-setengah, agar lingkaran hidupnya putus total,” jelas Usaha yang kemudian memperkenalkan rencana yang telah dia canangkan bersama timnya dalam upaya pembasmian hama lalat buah hingga tuntas. “Untuk itu, kami Yayasan Gebu Karo bekerjasama dengan Assosiasi Petani Gabungan MJI dan STTK akan mengajukan proposal untuk mendapat dana pembuatan Ramuan Pestisida Organik. Pestisida Organik ini sudah teruji bisa melindungi serangan hama lalat buah,” tuturnya. Dirjen dan Parlindungan Purba merespon sangat positip ketika Usaha Bangun mengingatkan kiranya bantuan alat dan bahan perangkap Lalat Buah untuk Petani Jeruk Karo sangat didambakan.





Basmi Tuntas
Usaha Barus juga memohon Parlindungan Purba agar mendesak Bupati Karo untuk membuat Perda tentang pengumpulan buah jeruk yang terinfeksi dan memasukkannya ke dalam kantong plastik kedap udara. Demikian juga dia mengharapkan agar pemasangan perangkap hama lalat buah ini diadakan seminggu sekali selama setahun berturut-turut secara massal di seluruh sentra kebun jeruk di daerah ini. “Barang siapa yang tidak melaksanakannya agar dikenakan sanksi atau denda,” katanya dan juga disepakati oleh Parlindungan Purba.
Usai mengamati ladang jeruk dan berbincang-bincang dengan para petani jeruk, Dirjen beserta rombongan melunjutkan perjalanan menuju Desa Tongging (Kec. Merek, Kab. Karo) untuk melihat dari dekat lahan pertanian bawang milik warga setempat dan berbincang-bincang dengan para petaninya. Kunjungan Dirjen Holtikultura Kementrian Pertanian RI beserta rombongan ini diliput oleh berbagai media nasional dan daerah, baik cetak maupun elektronik.

 

Seminar Sehari Mengenang Rakoetta S. Brahmana


DANA TARIGAN. KABANJAHE. Pagi tadi [Kamis 27/9 Pkl. 08.00 Wib] telah dibuka seminar sehari Mengenang Rakoetta S. Brahmana di Gedung PPWG GBKP Zentrum, Kabanjahe dengan beberapa Kata Sambutan dan penampilan kesenian tradisional Karo. Sebentar lagi, sekitar Pkl. 14.00, usai acara Makan Siang, seminar ini menampilkan pembicara Juara R. Ginting yang berbicara melalui webcame dari Leiden (Nederland). Di bawah ini, kami muat makalah Juara R. Ginting tersebut.
Selamat membaca!



Peranan Rakoetta S. Brahmana dalam Pembentukan Kabupaten Karo
Oleh: Juara R. Ginting


PENDAHULUAN
Masing-masing mantan Bupati Kabupaten Karo memiliki kelebihan dan kekurangan, tapi, menurut hemat saya, Kabupaten Karo di masa kepemimpinan Rakoetta Sembiring Brahmana memiliki keistimewaan tersendiri dalam perjalanan sejarah suku Karo.
Di masa kepemimpinan Rakoetta, wilayah Kabupaten Karo meliputi Kabupaten Karo sekarang ini ditambah beberapa kecamatan di luarnya yang sekarang menjadi bagian Kabupaten Deliserdang dan Kabupaten Simalungun. Ini merupakan monumen sejarah yang mengingatkan Taneh Karo tidak terbatas pada wilayah administrasi Kabupaten Karo sekarang.
Memang, wilayah Kabupaten Karo di masa kepemimpinan Rakoetta belum mencakup keseluruhan wilayah Taneh Karo. Langkat Hulu, Kota Medan bagian Selatan, dan Taneh Pinem adalah juga termasuk bagian Taneh Karo yang tidak dimasukkan sebagai bagian wilayah Kabupaten Karo di masa kepemimpinan Rakoetta. Akan tetapi, pernah adanya di suatu masa Kabupaten Karo mencakup wilayah lebih luas dari Kabupaten Karo sekarang ini sangat penting dijadikan sebagai salah satu tonggak sejarah Karo. Tidak hanya sebagai pengingat di masa-masa mendatang, tapi juga dapat menjadi argumentasi konkrit bila saja di belakang hari kita membutuhkan bukti-bukti bahwa Taneh Karo memang mencakup luas di beberapa kabupaten bertetangga ini.
Kai pe labo gelgel, belum tentu peristiwa masa lalu tidak menjadi peristiwa masa depan. Lihat saja pemekaran-pemekaran wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia sekarang ini, termasuk daerah-daerah tetangga Kabupaten Karo. Umumnya pemekaran-pemekaran itu mengikuti, atau setidaknya mendekatkan diri kepada, klasifikasi wilayah tradisional mereka di masa Pre Kolonial atau di masa Kolonial atau Pasca Kolonial. 
Dalam kesempatan ini, saya hendak menjelaskan secara ringkas konsep Taneh Karo agar kita menyadari pentingnya posisi Kabupaten Karo bukan hanya sebagai wilayah administrasi pemerintahan, tapi juga demi keberadaan masyarakat dan budaya Karo.


TANEH KARO
Suatu kali, saya dan beberapa teman mengadakan perjalanan dengan sebuah Jeep dari Kutarayat (Kabupaten Karo) ke Telagah (Kabupaten Langkat) dan dari Telagah ke Medan. Beberapa hari kemudian kami menyusuri jalan dari Medan lewat Tuntungan, Pasar 10, Gunung Merlawan, Tandak Benua dan keluarnya di Perkemahan Pramuka Bandar Baru. Beberapa hari setelah perjalanan itu, salah seorang mahasiswa Karo yang ikut dalam rombongan kami berkata: “Saya tidak membayangkan sebelumnya bila kampung-kampung yang kita lintasi kemarin itu betul-betul kampung Karo.”
Dalam percakapan selanjutnya, si mahasiswa Karo itu menjelaskan dianya selama ini membayangkan adanya orang-orang Karo berdiam di Langkat Hulu dan Deli Hulu sebagai hasil dari sebuah proses migrasi orang-orang Karo dari wilayah Kabupaten Karo sekarang ini ke daerah-daerah sekitarnya. Seperti kebanyakan generasi muda Karo sekarang ini, dia menganggap wilayah Kabupaten Karo sekarang ini sebagai wilayah asli orang Karo dan selebihnya bukan Taneh Karo yang asli.
Tidak heran bila perjuangan mempertegas bahwa pendiri Kota Medan adalah orang Karo dan situs Benteng Putri Hijau di Delitua adalah bagian dari sejarah Karo kurang disemangati oleh orang-orang Karo sendiri. Salah satu penyebab kurangnya semangat itu adalah karena umumnya orang-orang Karo sekarang ini kurang merasa terhubung dengan sejarah masa lalu Kota Medan dan Benteng Putri Hijau. Rendahnya rasa terhubung itu adalah karena kebutaan terhadap sejarah wilayah Taneh Karo Simalem. Bayangkan bagaimana di masa depan bila sekarang saja kita sudah menjadi awam mengenai Taneh Karo.
Pada tahun 1823, ketika Jhon Anderson mengunjungi rumahnya Sultan Deli di kampung Labuhan (Labuhan Deli dan sekarang berada di Kecamatan Medan Labuhan), dia melihat sebuah giriten di gerbang masuk rumah Sultan. Sultan Deli menjelaskan kepada Jhon Anderson bahwa itu tempat penyimpanan tulang belulang nenek moyangnya yang orang Karo. Bayangkan, kampung Labuhan terletak di antara pusat Kota Medan dengan Belawan. Ketika generasi muda Karo terlahir dan kemudian menginjak remaja melihat Istana Maimun di Kampung Baru (Medan) sekarang akan sangat sulit menerima penjelasan kalau Istana Maimun itu dibangun oleh Belanda. Bisa jadi, mereka malahan menganggap kita mengada-ada bila kita mengatakan lahan tempat berdirinya Istana Maimun itu adalah bagian dari Urung Suka Piring yang berpusat di Delitua.
Bayangkan lagi, saat Jhon Anderson mengunjungi kampung Sunggal di tahun 1823 itu, dia menemukan sekitar 50 rumah adat Karo di sana. Sunggal adalah pusat Urung Sabernaman panteken Surbakti mergana. Urung Sabernaman berbatasan dengan Kejuruan Hamparan Perak di sebalah Utara dan berbatasan dengan Urung Telu Kuru di sebelah Selatan. Urung Telu Kuru berpusat di Lingga yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Simpangempat (Kabupaten Karo). Bila kita periksa kampung-kampung yang berada di wilayah Urung Telu Kuru, hanya satu kampung yang didirikan merga Lingga, yaitu kampung Lingga itu sendiri. Selebihnya adalah kampung-kampung merga Surbakti (antara lain: Nangbelawan, Surbakti,  Gajah, Doulu, Raja Berneh, Jaranguda), Ginting Suka (Lingga Julu), Kacaribu (Kacaribu) dan Kaban (Kandibata). Hanya 2 kampung Sinulingga di Kabupaten Karo sekarang ini, yaitu Lingga dan Bintangmeriah (Kecamatan Kutabuluh). Di pihak lain, kita temukan begitu banyaknya kampung-kampung Sinulingga di wilayah Urung Sabernaman yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Deliserdang. Mulai dari Gunung Merlawan yang masuk wilayah Kecamatan Kutalimbaru hingga ke beberapa kampung dekat Tanjung Anom yang masuk ke Kecamatan Pancurbatu.
Menarik untuk mempertanyakan hubungan antara Urung Sabernaman yang merupakan urung merga Surbakti dengan Urung Telu Kuru yang merupakan urung merga Sinulingga. Secara awam, kita menemukan kejanggalan mengapa Urung Telu Kuru menjadiurungnya Sinulingga padahal hanya satu kampung Lingga yang didirikan Sinulingga di wilayah itu. Tidak demikian halnya bila kita tinjau secara Antropologis. Kiranya terjadi sebuah hubungan “pertukaran” (exchange) antara urung-urung di Karo Jahe dengan urung-urung di Karo Gugung. Pemimpin di Urung Telu Kuru adalah Sinulingga sedangkan rakyatnya kebanyakan Surbakti, dan pemimpin di Urung Sabernaman adalah Surbakti sedangkan rakyatnya kebanyakan Sinulingga.
Ulasan lebih lengkap tentang hubungan Karo Gugung dan Karo Jahe dapat dibaca di 2 tulisan saya yang lain: 1. “Kolom Juara R. Ginting: Perlajangen” di http://www.sorasirulo.net/1_1_1297_kolom-juara-r.-ginting-perlajangen.html dan 2. “Inter-group Relation in North Sumatra” di Tribal Community in Malay World: Historical, Cultural and Social Perpectives. Edited by Geoffrey Benjamin & Cynthia Chou: Institute of Southeast Asian Studies, Singapore (2002): halaman 384 - 400.
Inti dari ulasan di atas adalah, tanah ulayat orang Karo tidak terbatas pada wilayah Kabupaten Karo sekarang, tapi meluas ke beberapa bagian dari wilayah Kabupaten-kabupaten Langkat, Simalungun dan Dairi serta Kota Medan.


 
MASA KOLONIAL
Pernah suatu ketika, pemerintah kolonial Belanda telah membentuk Residen Tapanuli dan Residen Pantai Timur Sumatera. Diantara kedua residen ini terdapat sebuah wilayah yang disebut Zelfstandig Bataklanden (Tanah-tanah Batak Merdeka) karena tidak termasuk ke residen manapun. Tahun 1904, pemerintah kolonial memasukkan wilayah ini ke Residen Pantai Timur Sumatra dengan nama “Afdeling Simalungun en Karolanden” dipimpin oleh seorang controleur yang berkantor di Seribudolok. Afdeling ini nantinya dimekarkan menjadi 2 afdeling: Simalungunlanden dan Karolanden. Pemerintah Jepang mengambil alih sistim pemerintahan ini tanpa merubahnya sedikitpun kecuali menempatkan pemimpin pilihannya dengan jabatan berbahasa Jepang.
Akibat pembagian wilayah administrasi pemerintahan semasa kolonial, Tanah Karo semakin dipojokkan sehingga orang-orang beranggapan bahwa Tanah Karo hanya terbatas pada Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung) minus Taneh Pinem yang sudah sebelumnya dimasukkan ke wilayah Residen Tapanuli.


PERANAN RAKOETTA
Pembagian wilayah administrasi pemerintahan sejak awal-awalnya hingga sekarang ternyata tidak pernah sesuai dengan konsep pre-kolonial Taneh Karo yang meliputi Karo Gugung dan Karo Jahe meski perubahan maupun pemekaran telah terjadi beberapa kali. Di sinilah letak pentingnya Kabupaten Karo pimpinan Rakoetta Sembiring Brahmana yang terbentuk pada 13 Maret 1946 dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo pimpinan Rakoetta itu berada diantara 2 konsep Taneh Karo yang berbeda. Di satu sisi, ada pandangan bahwa Taneh Karo terbatas pada wilayah Kabupaten Karo sekarang ini. Di sisi lain, ada konsep bahwa Taneh Karo meliputi wilayah-wilayah Kabupaten Karo sekarang, Langkat Hulu, Kota Medan bagian Selatan, Deli Hulu, Serdang Hulu, beberapa kecamatan yang dimekarkan dari Kecamatan Silima Kuta (Kabupaten Simalungun), serta beberapa kecamatan yang dimekarkan dari Kecamatan Taneh Pinem dan Kecamatan Tigalingga (Kabupaten Dairi).
Kabupaten Karo pimpinan Rakoetta meliputi Kabupaten Karo sekarang ini ditambah Kecamatan Silima Kuta yang sekarang masuk Kabupaten Simalungun dan beberapa kecamatan yang sekarang masuk ke Kabupaten Deliserdang (Kecamatan-kecamatan Kutalimbaru, Pancurbatu, Namorambe, Sibiru-biru dan Sibolangit). Ingat, sebagian wilayah Kota Medan sekarang ini di masa kepemimpinan Rakoetta masuk ke wilayah Kabupaten Karo karena menjadi bagian Kecamatan Pancurbatu dan Kecamatan Namorambe pada saat itu.
Meski wilayah Kabupaten Karo di masa kepemimpinan Rakoetta belum lengkap mewakili pre-kolonial Taneh Karo, menjadikan hari jadinya menjadi hari jadi Kabupaten Karo mengingatkan kita dan generasi-generasi mendatang akan konsep Taneh Karo yang meliputi Karo Gugung dan Karo Jahe.

Walikota Bandung Hadiri Peresmian "Kerukunan Masyarakat Karo Parahyangan Bandung"



SUS GURKY. BANDUNG. Kerukunan Masyarakat Karo Parahyangan Bandung (KMKP) telah terbentuk yang peresmiannya dilaksanakan Jumat 21 September 2012 di Istana Kana, Kawaluyaan Bandung.

Acara peresmian ini dihadiri oleh Walikota Bandung Dada Rosada, Camat Buahbatu, Lurah Jatisari, Sekretaris Dewan, Bupati Karo yang diwakili oleh Sekda Makmur Ginting, Sesepuh masyarakat Karo, Mayjend Osaka Sembiring Meliala, H.M. Kerja Sitepu SH dan warga Karo yang tinggal di Bandung berjumlah sekitar seribuan orang.
Peresmian dilakukan secara simbolis dengan penyerahan Stempel KMKP oleh Sekda Karo kepada Ir. Gembira Perangin-angin (Ketua Umum) yang didampingi oleh Sampe Tuah Ginting (Penasehat), Johanes K. Sitepu SH MHKes (Sekretaris Umum) dan drs. H. Surya MN Sembiring (Bendahara Umum).
Acara hiburan ditampilkan Pagelaran Seni Budaya Karo dengan perkolong-kolong Samuel Sembiring dan Susi br Karo.

Seminar Sehari Mengenai Hari Jadi Kabupaten Karo


DANA TARIGAN. KABANJAHE. Seminar sehari memperingati Bupati pertama Kabupaten Karo Rakoetta S. Brahmana akan digelar di gedung PPWG GBKP Zentrum Kabanjahe pada tanggal 27 September 2012. Acara dibuka pada Pkl. 08.00 Wib dan ditutup Pkl. 18.00 wib. Adapun thema dari seminar sehari ini adalah "Peran Rakoetta S. Brahmana dalam Pembentukan Kabupaten Karo dan penetapan hari jadi Pemerintahan Kabupaten Karo”. Demikian disampaikan oleh Ketua Panitia, Sastra Sinulingga, kepada Sora Sirulo [Rabu 26/9] di Kabanjahe.
Selanjutnya Sastra Sinulingga menuturkan, adapun nara sumber yang akan menjadi pembicara pada seminar sehari besok adalah: Prof. Hiras L. Tobing tentang “Pergerakan kebangsaan, Nasionalisme dan Patriotisme”; Rahmat Purba SE MS tentang “Perjuangan Rakoetta S. Brahmana Menetukan Pemerintahan Kabupaten Berdiri Sendiri”, drs. Wara Sinuhaji MSi tentang “Sejarah Perkembangan Kabupaten Karo” dan Dr. (Cand) Juara R. Ginting MA tentang “Peranan Rakoetta S. Brahmana dalam Pembentukan Kabupaten Karo”.
Sastra menambahkan, pembicara Juara R. Ginting telah mengirim makalahnya kepada panitia, tapi dia akan berbicara lewat webcame dengan menggunakan Skype dari Leiden (Nederland) yang akan dipancarkan ke layar lebar sehingga semua peserta dapat mendengar dan berdialog dengannya. Seminar sehari ini akan dilengkapi dengan selingan-selingan seni dan sastra yang ditampilkan oleh kelompok-kelompok sanggar seni, vocal group maupun perorangan.
Nancy Meinintha Brahmana yang merupakan cucu dari Rakoetta S. Brahmana dan sekaligus sebagai Penasehat acara seminar sehari ini mengatakan, seminar ini bertujuan sebagai pendorong untuk pemerintah agar menindaklanjuti penabalan Jalan Rakoetta S. Brahmana yang rencananya terletak di Jalan Kabanjahe ke arah Kotacane. Adapun penabalan nama jalan ini adalah sebuah penghargaan dan sekaligus untuk mengenang Rakoetta sebagai Bupati Pertama Kabupaten Karo dan mantan Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Menurut Nancy, seminar dimaksudkan menjadi wacana untuk membedah hari jadi Kabupaten Karo yang hingga kini masih simpang siur.
Diantara undangan yang diharapkan menghadiri acara seminar ini Pemkab Karo, Kepala Daerah dari 10 Kabupaten di Sumatera Utara (Deliserdang, Binjai, Langkat, Dairi, Pakpak Bharat, Pematang Siantar, Simalungun, Asahan, Tanjungbalai dan Medan), para Tokoh Pejuang, Akademisi, Ormas Kepemudaan, Lintas Agama, mahasiswa, Partai Politik, Kepolisian, TNI, dll.



Kabupaten Karo di Masa Rakoetta
Wilayah Kabupaten Karo pernah mencakup wilayah Kabupaten Karo sekarang, Kecamatan Silimakuta (sekarang masuk wilayah Kabupaten Simalungun) dan beberapa kecamatan (Pancurbatu, Kutalimbaru, Sibolangit. Delitua dan Biru-biru) yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Deliserdang.
“Ini terjadi di masa kepemimpinan Rakoetta S. Brahmana sebagai Bupati Kabupaten Karo. Oleh karena itu, pembentukan Kabupaten Karo di saat Rakoetta sebagai bupatinya penting dijadikan sebagai salah satu tonggak sejarah Karo. Meskipun tanah ulayat Karo yang disebut Taneh Karo termasuk juga meliputi Langkat Hulu dan Kota Medan serta Taneh Pinem, Tigalingga dan Gunung Sutember di Kabupaten Dairi, wilayah Kabupaten Karo semasa kepemimpinan Rakoetta penting untuk mengingatkan generasi muda bahwa Taneh Karo tidak hanya sebatas Kabupaten Karo sekarang,” demikian disampaikan oleh Juara R. Ginting saat ditanyakan lewat facebook mengenai isi makalahnya.

Belasan Sepeda Motor Diduga Milik Gemot Diamankan Polsek Delitua


IMANUEL SITEPU. DELITUA. Untuk memperkecil timbulnya peluang aksi kriminal yang dilakukan anggota Genk Motor (Gemot), Polsek Delitua berhasil menjaring belasan unit sepeda motor tanpa dilengkapi dokumen resmi di 4 titik berbeda.
Informasi diterima Sora Sirulo di Mapolsek Delitua [Rabu 26/9], 12 unit kenderaan itu terjaring razia yang digelar Jumat malam [21/9] hingga Minggu malam [23/9] di 4 lokasi sekitar kawasan kanal Jl. Brigjen Hamid Titi Kuning, Jl. Jamin Ginting Simpang Simalingkar, Jl. Flamboyan dan Simpang Selayang. Keduabelas sepeda motor dijaring petugas akibat tidak dilengkapi plat nomor polisi dan dokumen resmi kenderaan. Hingga saat ini masih diamankan petugas di Mapolsek Delitua.

Kapolsek Delitua Kompol S.P. Sinulingga yang dikonfirmasi melalui Kanit Reskrim AKP Semion Sembiring membenarkan adanya 12 sepeda motor yang diamankan petugas. Menurutnya, kenderaan tersebut terjaring razia yang dilakukan petugas untuk memperkecil peluang tindakan kriminal yang dilakukan para anggota geng motor seperti yang terjadi selama ini. "Sebagian besar kenderaan dijaring saat pengendara mengendarai sepeda motor mereka secara berkonvoi dengan ciri-ciri kondisi bodi kenderaan dalam keadaan tidak lengkap serta tanpa plat nomor polisi, bertindak ugal-ugalan dan tanpa dokumen resmi," ungkapnya.

Ketika ditanyakan petugas, pengendara yang sebagian besar berumur belasan tahun tersebut tidak mengakui dirinya anggota geng motor dan tidak sedang melakukan tindakan pidana. Namun, petugas tetap mengamankan kenderaan mereka dengan dasar tidak dilengkapi dokumen resmi.
 Sementara itu, yang memiliki surat-surat lengkap tidak diamankan. Saat ini, petugas sedang melakukan koordinasi dengan Samsat Polresta Medan untuk mengecek kebenaran surat-surat kenderaan tersebut. “Apabila tidak sesuai dengan aslinya akan dikenakan pidana,” sebut Semion.