Jumat, 05 Oktober 2012

TONGGING YANG TERBENGKALAI



Oleh: Nancy Meinintha Brahmana


Melewati jalan yang meliuk turun setelah memasuki Simpang Merek (Kec. Merek, Kab. Karo),  saya terpana melihat pemandangan alam yang disuguhkan oleh bebukitan Tongging dan panorama Danau Toba.  Bebukitan semakin gundul bagaikan orang tua yang sudah lanjut usia.  Beberapa ruas tampak sisa-sisa lahan yang terbakar.  Tanah di bebukitan itu tampak berbeda sekali dengan tanah yang ada di daerah lain di Kabupaten Karo pada umumnya.
Sejenak kami beberapa orang yang berada di mobil Kijang sempat memperbincangkan adanya ledakan dahsyat pada jaman dahulu yang terjadi di pegunungan Toba sehingga terjadi kawah luas yang menjadi Danau Toba sekarang. Sayangnya, tak ada seorangpun ahli sejarah di atas mobil itu sehingga diskusi mengenai ledakan gunung tidak berlangsung lama. Akhirnya, pembicaraan lanjut ke soal politik yang sedang hangat sekarang ini. Percakapan itu lebih tahan lama.
Memasuki Desa Tongging (Kec. Merek), jalanan menjadi sangat jelek dan rusak. Kering dan berdebu.  Beberapa lahan ditanami bawang atau tomat. Beberapa pokok ‘mangga Haranggaol’ tumbuh liar di sepanjang  jalan.  Burung-burung camar putih berulang mengepakkan sayapnya di atas danau dan sesekali bergayut manja di tepian karamba ikan nila. Sambil menunggu ikan ditangkap dan disuguhkan,  pikiran saya melayang….


Alangkah sayangnya asset berharga dan sangat mahal ini dibiarkan saja oleh pemerintah. Bukannya memerlukan biaya mahal untuk menjadikan Tongging itu indah. Tongging sudah mempunyai keindahannya tersendiri, hanya tinggal polesan sederhana seperti memoles wajah perempuan yang cantik namun polos, tidak susah. Saya membayangkan  di bebukitan batu itu tertancap indah baling-baling angin berwarna-warni,  kuning, merah, biru, hijau, hitam, putih, oranye,  semua warna diberikan untuk baling-baling angin tadi, menambah keindahan dan kesejukan Tongging, sedikit mencontoh dari negeri Paman Sam.  Di sepanjang jalan yang meliuk itu, sedikit naik ke atas, alangkah indahnya apabila ditanami bougenvile warna-warni pula. Untuk di danau, saya menyebutnya pada ‘Hari Tourist’  yakni Sabtu dan Minggu, dibuatlah  event  ‘Hari Pasar Danau Tongging’. Dalam hal ini, saya mencontoh sedikit suasana Sungai Musi atau Sungai Kapuas, meski tidak semeriah itu, hanya pasar ikan, membeli dan memanggangnya di tengah danau, di atas sampan.  
Membaca tentang  Tanah Arab yang dulunya tandus namun kini bisa dirancang indah tanpa harus kekurangan air. Di sini segalanya ada, namun malas berpikir dan malas susah. Tidak mau menguras tenaga dan pikiran namun kantung terisi. Itulah yang dikejar dan diusahakan setiap hari. Bagaimana obyek pariwisata kita bisa mengundang wisatawan kalau begini? Saya membayangkan kalau air dinaikkan melalui pipa-pipa ke atas bukit-bukit itu lalu dibuat seperti air pancur yang berwarna-warni, tidak perlu terlalu sering, mungkin hanya menuju malam hingga Pkl. 10.00 malam, menambah keindahan dan kesuburan tanah serta menarik bagi setiap mata yang melihat.
Bukit-bukit di seputaran Danau Toba tidaklah terlalu tinggi dan semua dapat dicapai dengan mudah.  Puncak bukit juga merupakan dataran yang cukup landai. Tempat seperti itu dapat menjadi landasan terbang layang mengitari Danau Toba. Bisa juga terbang layang dari pantai lalu ditarik oleh speedboat. Ah, segalanya bisa dilakukan kalau kita mempunyai kemauan.  Tidak mungkin pemerintah tidak mempunyai anggaran untuk  memajukan pariwisata.
Saya menghela nafas. Mimpi, kata saya membatin. Saya merasa Tongging seperti anak tiri, anak terbuang, melupakan bahwa si anak tadi adalah anak pintar, tangguh dan gagah. Namun,  saya membesarkan hati, selama masih ada kehidupan berarti masih ada harapan, bahwa perubahan yang baik pasti terjadi, begitu juga dengan Tongging, bagian dari Bumi Turang. 
Kiranya melalui tulisan ini mengingatkan dan menyadarkan kita sebagai warga Karo untuk tidak melupakan Tongging.  Bersama memajukan daerahnya, bukan hanya dengan villa-villa, namun menggalakkan alam agar semakin indah dan nyaman sehingga nama Bumi Turang, Taneh Karo Simalem semakin harum terdengar.

Kamis, 04 Oktober 2012

Harga Sayur Mayur Karo Tetap Muram


LINA ERLITNA. BERASTAGI. Para petani Karo mengeluhkan harga hasil panen sayur mayur yang belakangan ini tak kunjung memuaskan. “Silalap ergana la balik modal pé,” kata seorang petani yang terpaksa memborongkan (tanpa timbangan) hasil panen daun prei dari ladangnya di Pasar Berastagi sore tadi [Kamis 4/10] karena takut tak laku.
Ketidakseimbangan harga jual hasil panen dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk merawat tanamannya adalah masalah utama. Sebagaimana dituturkan oleh beberapa petani yang menjualkan hasil pertanian sayurnya di Pasar Berastagi kepada Sora Sirulo, serangan hama yang meningkat akhir-akhir ini mengakibatkan meningkatnya pula biaya perawatan tanaman, terutama untuk membeli obat-obatan pembasmi hama. Di pihak lain, harga jual hasil panen sayur tak pernah naik.
Berikut adalah beberapa harga sayuran yang sempat dicatat oleh Sora Sirulo di Pasar Tradisional Berastagi sore tadi: Daun Prei Rp. 2.000/ Kg, Daun Sop Rp. 1.500/ Kg, Tomat Rp. 3.000/ Kg, Wortel Rp. 3.000/ Kg, Kol Bulat Rp. 1.500/Kg dan Cabe Merah Rp. 8.000. Harga ini didasarkan pada transaksi antara verkoper dengan petani penjual di Pasar Berastagi. Harga tomat dan wortel memang agak melegakan karena ada sedikit peningkatan dari hari-hari sebelumnya. Namun, secara umum, harga hasil panen sayur-sayuran di Kabupaten Karo dirasakan oleh petani terlalu murah.
“Untuk mengembalikan modal bertani saja susah, apalagi untuk menghidupi keluarga,” kata seorang ibu petani dari Desa Merdeka (Kec. Merdeka).
Suasana muram di hati para petani sepertinya dirasakan oleh langit yang menyiramkan hujannya yang lebat sehingga bumi di Pasar Berastagi menjadi basah dan becek.

Ratusan Warga Hadang Pemagaran Lapangan Bola Tuntungan


Kami Akan Berjuang Hingga Tetes Darah Penghabisan

IMANUEL SITEPU. PANCURBATU. Ratusan warga Desa Tuntungan I (Kec. Pancurbatu) melakukan aksi terhadap pemagaran lapangan sepak bola yang terletak di desa itu [Rabu 03/10 sekira Pkl. 16.00 Wib]. Warga menolak pemagaran lapangan bola, karena lapangan bola tersebut sudah dijadikan sarana umum warga desa tersebut sejak 1960an.
Pantauan Sora Sirulo di lapangan menyebutkan, ratusan warga datang dengan aksi damai. Mereka meminta para pekerja menghentikan pemagaran lapangan bola tersebut. “Lapangan bola ini sudah menjadi sarana umum untuk warga desa sejak tahun 1960an seperti Shalat Idul Fitri, acara 17 Agustus dan kegiatan masyarakat lainnya. Kalau lapangan bola ini dipagar, kami mau ke mana melaksanakan kegiatan kepemudaan maupun kegiatan lainnya?” papar Kepala Desa Tuntungan I, Hari Amanu.

Hari menjelaskan, pihak PT Deli Country Club hanya memiliki Hak Guna Bangunan yang akan habis pada tanggal 12 April 2013. “Kita mengharapkan, apabila PT Deli Country Club ingin memperpanjang kembali HGBnya, pemerintah pusat bisa menyisihkan lahan sekitar 1,5 ha dari 10 ha lahan yang pernah keluar HGBnya sebagai fasilitas umum warga,” ujarnya. Selain itu, kata Hari, pihak PT Deli Country Club bisa memperpanjang HGB. Berarti, tanah tersebut masih hak penuhn pemerintah. "Untuk itu, kami berharap agar pemerintah mau memberikan lahan seluas 1,5 ha untuk kami warga masyarakat Tuntungan I sebab kami juga mempunyai hak,” ungkap Kades lagi.

Dalam aksi tersebut, Muspika plus Pancurbatu juga terlihat hadir di lapangan bola tersebut. Kepada Muspika Pancurbatu, warga meminta agar lapangan bola ini jangan dipagar karena di sinilah tempat warga melaksanakan kegiatan keagamaan, maupun kegiatan masyarakat yang lain. "Warga dari tahun ke tahun kalau melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, upacara bendera Hari Kemerdekaan, maupun tempat olahraga pemuda, selalu di lapangan ini. Kalau lapangan ini dipagar, mau ke mana kami melaksanakan shalat ataupun kegiatan lainnya? Kepada bapak Muspika kami meminta tolong untuk menyampaikan aspirasi kami," ucap seorang ibu yang mewakili seluruh warga Desa kepada pihak Muspika.

Sementara itu, Sugeng yang mewakil pemuda desa itu mengungkapkan, lapangan ini adalah tempat berkumpulnya para pemuda melaksanakan olahraga maupun kegiatan positif lainnya. "Kalau lapangan ini dipagar mau kemana kami melakukan kegiatan? Kami akan memperjuangkan lapangan ini, hingga tetes darah penghabisan," tegasnya.

Menanggapi aspirasi warga tersebut, Kasie Trantib Kecamatan Pancurbatu Wakil Karo-karo yang mewakili Muspika Plus, meminta kepada kepala desa bersama perangkatnya untuk datang ke Kantor Camat untuk bermusyawarah membicarakan permasalahan ini agar tidak berlarut-larut. "Mari kita memusyawarahkan hal ini dan kepada para pekerja pemagaran lapangan bola ini agar berkoordinasi dengan pihak yang memerintahkan pengerjaan pemagaran agar terjadi komunikasi yang baik," terangnya.

Pemborong pengerjaan pemagaran lahan ini mengatakan tidak mengetahui tentang permasalahan lahan. "Saya tidak tahu tentang masalah lahan ini. Saya hanya bekerja sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) tertanggal 20 September 2012 yang diberikan PT Deli Country Club untuk melaksanakan pemagaran lahan ini yang luasnya sekitar 99.678 M2," terangnya.
Setelah mendengar penjelasan dari pihak Muspika, warga desa akhirnya membubarkan diri dengan tertib dan suasana tetap dalam keadaan kondusif.

Jadi Pelintasan Truk 3 Sumbu, Jalan Desa Timbanglawan Kupak-kapik


IMANUEL SITEPU. NAMORAMBE. Akibat ulah puluhan armada tronton (3 sumbu) setiap hari melintas lalu lalang dari lokasi Galian C Marihot Nainggolan, jalan menuju Desa Timbanglawan (Kec. Namorambe) menenjadi kupak kapik.
"Truk sepuluh roda itu sebenarnya tidak boleh melintasi desa kami karena kelas jalannya tidak sesuai. Akibatnya, jalan menuju desa kami mengalami kerusakan parah. Bahkan, saat ini, hampir di sepanjang jalan dari Desa Rampah, Timbanglawan, Batu Gemuk hingga menuju Desa Candirejo (Kec. Biru-biru) kondisinya berlubang," ujar Pa Tengok Sembiring (52) salah satu warga kepada Sora Sirulo [Rabu 3/10].
Dikatakan Pa Tengok, kondisi jalan menjadi lebih parah apabila turun hujan. Sejumlah ruas jalan tampak tergenang air. Pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor, harus ekstra hati-hati karena rawan terjadi kecelakaan. Demikian juga pada musin kemarau, debu beterbangan ke pemukiman warga di sepanjang jalan. Bukan hanya soal kondisi jalan, dia juga mengeluhkan keberadaan sekelompok orang yang melakukan pungutan liar (pungli).

 "Sebenarnya, sewaktu pengusaha Galian C masih menggunakan sebatas armada Dum Truk, warga sudah keberatan. Namun, beberapa bulan ini, keresahan warga makin menjadi-jadi akibat keberadaan armada tronton. Seluruh badan jalan sudah termakan truk raksasa itu," jelasnya. 

Senada juga dikemukakan oleh warga Pak Barus (43). "Saya menyayangkan kerusakan jalan yang terjadi saat ini. Kami telah menunggu lama untuk dapat merasakan kondisi jalan yang bagus. Akan tetapi, sudah 10 tahun kami menunggu, tapi jalan tak kunjung diperbaiki oleh Pemkab Deliserdang," ujarnya.

Lanjut dikatakan, dalam sehari, sekitar 25 sampai 30 armada Tronton Milik PT MAL (Mujur Artha Lampitha) yang disebut-sebut milik Ketua APPSU (Asiosiasi Pengusaha Pertambangan Sumatera Utara) Adi Nainggolan dengan beban tonase sekitar 12 hingga 20 ton melintasi jalan ini. Artinya, truk sepuluh roda yang dioperasikan sudah kelebihan berat atau melebihi Maksimum Sumbu Tekanan (MST).

"Saya berharap dari pihak pengusaha bisa memperbaiki kembali jalan yang rusak ini, karena kondisi seperti ini tentunya sangat mengganggu dan berbahaya. Demikian juga dengan Muspika Kecamatan Namorambe agar secepatnya melakukan penindakan. Bila tidak, warga akan melakukan pemblokiran jalan," pungkasnya.

Menyikapi hal itu, Camat Namorambe Hendra Wijaya ketika hendak dikonfirmasi oleh Sora sirulo melalui selularnya tidak berhasil. Nada dering masuk, tapi tidak ada jawaban.

Foto: Salah satu armada 3 sumbu milik ketua APPSU sedang sedang melintas di Desa Timbanglawan.

Pengusaha Toko Obat Dianiaya Iparnya


IMANUEL SITEPU. PANCURBATU. Keppe Malem Br Tarigan (33) warga Jl. Pembangunan No. 9A Desa Baru (Kec. Pancurbatu) menyesalkan kinerja Polsek Pancurbatu karena pelaku penganiayaan terhadap dirinya masih bebas berkeliaran hingga saat ini. Padahal, pengaduan ibu dua anak ini sudah lebih dari sebulan, namun kedua pelaku belum juga diringkus petugas.
Seperti dikatakan Keppe Br Tarigan kepada Sora Sirulo [Selasa 2/10 siang] di Mapolsek Pancurbatu.  Pelaku penganiayaan terhadap dirinya yang tidak lain adalah  abang iparnya sendiri bernama Gursing Brepi Gurusinga bersama istrinya Lestari Br Sebayang. Menurut pengusaha obat ini, pengeroyokan terhadap dirinya terjadi pada tanggal 1 September 2012 lalu sekira Pkl. 14.00 Wib.

”Saat itu aku berada di dalam toko obatku yang terletak di Pajak Pancurbatu. Tiba-tiba, mereka datang dan mengusir aku dari tempat aku berjualan itu. Karena itu sudah milikku bersama suamiku, aku pun bertahan. Mereka pun datang ke dalam dan langsung menyeret aku keluar. Sebelum aku jatuh, Gursing Brepi Gurusinga langsung menumbuk mataku yang sebelah kiri," ujar Keppe lagi.

Lanjut dikatakanya, akibatnya, diapun terjatuh dan tangan kanannyaterkilir. Begitu juga kakinya sebelah kanan terbentur hingga berdarah. Warga sekitar yang melihat penganiayaan itu langsung datang melerainya. Karena warga udah ramai mereka pun pergi begitu saja.Karena tak terima atas perlakuan itu, dia pun langsung mengadu ke Polsek Pancurbatu sesuai dengan laporan pengaduan Nomor : LP/441/VIIII/2012 SEKTA PC BATU tanggal 01 September 2012, persisnya sebulan lalu.

"Saya sangat sayangkan mengapa hingga kini pelakunya belum juga ditangkap. Pelaku juga kerab menerorku di siang hari saat aku berjualan. Bahkan, di malam harinya, rumahku pun sering dilempar orang tak dikenal. Kalau pelakunya belum ditangkap aku bersama anak dan suamiku tak bisa tenang karena selalu ketakutan dengan ancaman mereka,” kata Keppe mengakhiri.

Terkait masalah ini, Muslim Muis SH Ketua PUSHPA meminta kepada Kapolretsa Medan Kombes Monang Situmorang agar memanggil Kapolsek Pancurbatu. "Kita meminta agar Kapolresta sesegera mungkin memanggil Kapolsek Pancurbatu untuk sesegera mungkin menangkap pelakunya. Di negeri ini tak ada yang namanya manusia kebal hukum. Apalagi kalau korbannya terus diteror pelakunya, berarti Kapolsek tak perduli dengan laporan masarakat yang teraniaya itu. Untuk itu Kapolresta Medan harus menggaji ulang jabatan yang diemban Kapolsek,” ujar Muslim Muis.

Kapolsek Pancurbatu Kompol Darwin Sitepu PB saat dikonfirmasi wartawan terkait masalh ini mengatakan: "Tanya saja ke Kanit, ya. Aku lagi rapat di Polres,” ujar Darwin sambil mematikan HPnya. Namun saat ditanyakan ke Kanit Reskrim AKP Parulian Samosir, dia mengatakan: ”Kita sudah memeriksa kedua tersangka. Mereka tidak kita tahan karena pasangan suami istri ini memiliki 4 anak yang masih kecil-kecil. Meski penahanan kita tangguhkan, berkasnya kita lanjutkan,” ujar Parulian.

Foto: Keppe br Tarigan

Isu Bentrok, Puluhan Personil Jaga Kebun PTPN II


IMANUEL SITEPU. KUTALIMBARUPuluhan personil Samapta Polresta Medan bersama Polsek Kutalimbaru berjaga-jaga di lahan PTPN II Sei Semayang [Senin 1/10 pagi]. Pasalnya, terhendus kabar, kalau lahan tersebut akan dikuasai pihak perkebunan plat merah itu.
Informasi yang dihimpun Sora Sirulo di lapangan menyebutkan, pagi itu, puluhan personil Samapta Polresta Medan yang dipimpinWakapolresta Medan AKBP Pranyoto datang ke lokasi perkebunan PTPN II Sei Semayang karena  pihak perkebunan berencana melakukan okupasi terhadap lahan mereka. Warga yang mengetahui rencana pihak perkebunan hendak melakukan perlawanan. Takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan, petugas dari Polresta Medan dan Polsek Kutalimbaru langsung menurunkan puluhan personilnya. Bahkan, petugas pun menyisir sejumlah tempat yang diduga sebagai titik pertemuan para warga. Namun, tak seorang pun ditemukan petugas. Bahkan, pihak perkebunan juga tidak ada melakukan okupasi.

Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto didampingi Kapolsek Kutalimbaru AKP Robinson Surbakti saat dikonfirmasi mengatkan, mereka hanyamelakukan pengamanan. ”Kita hanya menjaga saja. Karena kita dapat info kalau pihak perkebunan akan melakukan okupasi yang akanmendapat perlawanan dari warga,” ujar Pranyoto.

Hunjuk Rasa Tuntut Keberpihakan Terhadap Rakyat di Kabanjahe


NGGUNTUR PURBA. KABANJAHE. Sejak pagi tadi [Selasa 2/10 Pkl. 09.00 Wib] hingga saat berita ini dinaikkan, berlangsung hunjuk rasa di Kabanjahe. Diawali dengan berkumpulnya ratusan penghunjuk rasa di pelataran Gedung DPRD Kabupaten Karo dengan mengatasnamakan Gerakan Masyarakat Peduli Karo (GMPK) dan LSM LIRA.

Dalam orasinya, para penghunjuk rasa menuntut para anggota DPRD Kabupaten Karo melaksanakan tugasnya dengan benar, tidak memihak kepada pemerintah, melainkan kepada rakyat. GMPK menghimbau agar membuat sikap, mendukung sepenuhnya pandangan fraksi di DPRD Karo yang mempertanyakan dasar hukum pengutipan PAD dari sumbangan pihak ke tiga yang bersumber dari pertambangan dolomit. Mereka meminta DPRD Kabupaten Karo menolak nota jawaban Pemkab Karo tentang sumbangan pihak ke tiga yang jelas-jelas melanggar ketentuan yang berlaku di NKRI.
“Terapkan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 28 s/d Pasal 32 terkait dengan diberlakukannya oleh Bupati Karo kebijakan dalam penerimaan sumbangan pihak ke tiga yang menindas masyarakat,” demikian sebagian seruan para penghunjuk rasa.
Dalam hunjuk rasa ini, GMPK turut menampilkan retorika drama tetang hubungan antara pemerintah dengan anggota DPRD yang menunjukkan adanya hubungan mesra antara Pemkab dan DPRD. Usai menampilkan retorika drama ini, beberapa saat kemudian, keadaan sedikit memanas dengan adanya saling kejar-kejaran di dalam kerumunan penghunjuk rasa karena dicurigai ada penyusupan provokator. Keadaan dapat segera ditenangkan oleh pihak kepolisian yang mengawal para penghunjuk rasa sehingga tidak meluas menjadi perkelahian.
Para penghunjuk rasa diterima oleh Onasis Sitepu (Wakil Ketua DPRD Kabupaten Karo) dan Saut Gurning (anggota DPRD). Mereka berjanji akan melaksanakan apa yang diharapkan oleh rakyat. Selanjutnya, mereka menyatakan terburu-buru karena sebentar lagi akan dilaksanakan rapat pengesahan RAPBD dan mengharapkan penghunjuk rasa bisa memakluminya.
Usai menyampaikan aspirasinya di Gedung DPRD, saat ini (Pkl. 13.00 Wib), para penghunjuk rasa berkumpul makan siang. Setelah itu, rencananya mereka akan berjalan menuju Kantor Kejaksaan, Kantor Pengadilan Negeri dan Kantor Bupati Karo untuk tuntutan yang sama, yaitu keberpihakan terhadap rakyat. Sora Sirulo akan terus meliput hunjuk rasa ini dan melaporkan sesegera mungkin perkembangan di lapangan.

Cermin Sora Sirulo Edisi Perdana (Oktober 2006): SEDERHANA SAJA


Editorial: Sederhana Saja
Ita Apulina Tarigan (Pemimpin Redaksi SORA SIRULO)


Pertanian adalah tulang punggung perekonomian Karo. Dinamika perputaran uang dan percepatan pertumbuhan ekonomi di kalangan Karo nyata sekali dipengaruhi oleh keadaan pasar hasil-hasil pertanian dari wilayah-wilayah perkampungan Karo di beberapa kabupaten (Karo, Dairi, Simalungun, Deli Serdang dan Langkat).


Pemimpin Redaksi SORA SIRULO (Ke 2 dari kiri) adalah juga pimpinan Sanggar Seni Sirulo (S3)
Ketika harga jual hasil tani baik, dalam artian harga jual dapat menutup ongkos produksi, maka geliat sektor ril lainnya meningkat dan begitu juga sebaliknya.
            Isu ‘Kabupaten Karo terserang flu burung’ beberapa waktu lalu berimbas terhadap harga jual hasil pertanian dari daerah ini. Konsumen mengindentikkan flu burung dengan pertanian Karo.
            “Sedih kali aku, mak. Orang-orang gak mau beli jeruk kita. Katanya, itu jeruk flu burung,” demikian seorang mahasiswa Karo di Jakarta menuturkan pengamatannya sendiri keadaan pasar hasil pertanian Karo di Jakarta.
            Itu masih jeruk. Belum lagi hasil-hasil pertanian lainnya. Tidak ada yang tidak anjlog dan petanipun menjerit.
            Meski menyakitkan, mereka teruskan juga bertani. “Adi la ku juma, kai banci ban?” demikian biasanya reaksi penduduk pedesaan Karo bila ditanyakan mengapa mereka teruskan juga bertani meski tahu penghasilan dari pertanian sangat tergantung pada keadaan pasar yang susah sekali dikendalikan.
            Saatnya nurani pemerintah diuji. Apakah cukup berdoa saja agar perekonomian rakyat pulih dengan sendirinya tetapi entah kapan, atau akankah ada usaha-usaha jangka pendek dan panjang untuk memulihkan situasi ini? Salah satu pilihan yang kerap didengungkan adalah teknologi pertanian dan pengolahan lanjutan hasil pertanian. Sayangnya, gagasan ini masih sampai di tataran ideal.
            Beberapa waktu lalu sebuah berita foto koran menggambarkan kepedulian pemerintah Cina terhadap sektor pertanian rakyatnya. Pemerintah menganggarkan ratusan milyar untuk pembinaan agar petani mengenal proses lanjutan hasil pertanian dan menggunakan teknologi sederhana. Misalnya, membuat cabe kering.
            Tak perlu dengan teknologi canggih atau rencana muluk-muluk, yang penting petani memperoleh manfaat dan masyarakat lainnya turut merasakan.

Cermin Sora Sirulo Edisi Perdana (2006): TIM TRADISIONAL


Kolom Juara R. Ginting: Tim Tradisional

Sesuatu bawa khayalku berkilas ke selepas siang di tahun 77. Masih duduk di bangku kelas satu SMA diriku saat itu. Berada di tepi lapangan bola Pasar II Titi Rante (Medan) bersama beberapa teman.



Sambil menunggu yang lain datang bermain bola, aku usul untuk bersama membentuk klub bola kaki. Terik masih menyengat kantuk siang. Wajah-wajah mereka bergeming pelan ke arahku. Melirik sipit. Oh, mereka tidak tertarik, pikirku. Lalu, sambil berusaha mencabut padang teguh di sampingku, perlahan kugambarkan sebuah khayal.            Kalau saja kita punya klub, kita mengadakan turnamen sepak bola, kataku. Satu dua wajah berpaling cepat ke arahku. Mengadakan sebuah turnamen sepak bola tingkat kecamatan bukanlah pekerjaan sulit, lanjutku. Beberapa teman mulai memutar duduk berhadapan denganku.
            “Bagaimana tidak sulit?” Tanya seorang yang berusia paling tua. Cukup menyediakan hadiah pertama, ke dua dan tiga. Kita sebar pengumuman dan kutip uang pendaftaran, jawabku. Mereka jadi sangat tertarik. Rupanya, mereka melihat hal-hal yang mendukung rencana. Satu per satu mereka papar alasan mengapa rencana itu memang dapat dilaksanakan. Sekarang, bukannya aku yang harus meyakinkan mereka. Sebaliknya, mereka yang memperjelas operasional rencana untuk dikerjakan bersama.
            Klub terbentuk. Namanya Kestira, Kesebelasan Titi Rante. Turnamen diikuti 15 klub dari seluruh Kec. Medan Baru. Hadiah-hadiah didapat dari sumbangan camat, kepala desa, dan koramil. Setiap sore lapangan menjadi pusat hiburan tua muda, laki perempuan. Selama 2 minggu.Warung-warung musiman berjejer sekeliling lapangan.
            Ada peristiwa kecil yang kami tak bisa lupa dari turnamen itu. Dua letusan senjata api mengejutkan semua orang. Beberapa detik berselang, seorang preman paling disegani di daerah itu digiring polisi dengan tangan terborgol. Mengenang ini, kami sering berucap: “Bos premanpun terlupa sedang buron karena asyik menonton pertandingan.”
            “Kalian tau apa yang membuat Kestira enak ditonton?” Tanya preman itu kepada kami suatu hari, sesaat dilepas dari tahanan Polsekta Medan Baru. “Ikut sertanya beberapa anak putus sekolah di tim kalian. Mereka seperti kawakan sekali bermain bola. Padahal sehari-harinya mereka merokok, begadang dan minum-minum. Bagaikan magic, tim kalian menundukan tim-tim tangguh seperti halnya anak-anak asrama Kavaleri itu,” urainya sambil memesan minuman kami ke Nd Gantang, pemilik warung.
            “Bukan magic, kuncinya sederhana, bang,” kataku menimpali. Rata-rata kita ini bermain bola sejak kecil, kataku mengawali uraian. Kekurangan kita, jarang sekali tergalang dalam tim. Kita sering menggunakan dua gawang, memang. Tapi, lain teman setim hari ini, lain pula esoknya. Kemarin lawan, hari ini kawan, atau sebaliknya. Instink bermain dalam tim tidak terasah. Kelemahan ini dapat diatasi dengan sikap toleran. Tidak terlalu menuntut dan membesar-besarkan kelemahan teman setim, uraiku.
            Kunci ke dua, sambungku, setelah melihatnya serius mendengar. Untuk permainan bola tingkat kampung, banyak orang buang tenaga sia-sia. Terus-terusan bergerak sibuk, tergopoh-gopoh, tanpa fantasi dan imaginasi di kepala. Permainan begini tidak perlu dihadapi rajin. Cukup berdiri di depannya dengan tenang. Sering kali pemain seperti ini terjungkal sendiri meski tak ada yang sentuh. Biarkan pemain/ tim lawan dikalahkan oleh dirinya sendiri. Itu inti kunci ke dua, ujarku sambil menatap wajahnya yang tercenung, seolah sedang membanding antara magic dengan pemahaman akan kenyataan.
             “Itu instruksi yang kau berikan kepada pemain?” Tanyanya mendadak. Gelagapan aku dia sebut instruksi. Aku hanyalah satu diantara 18 pemain dan termasuk golongan termuda di dalam tim. Satu-satunya keistimewaanku adalah posisi penjaga gawang. Untung saja di meja sebelah ada yang menghentak buah catur sambil berseru: Jaga menterindu, kalimbubu!” Serentak perhatian kami beralih ke sana. Tak kujawab pertanyaannya.

                                                           * * *
            Soal tim. Itu yang bawa aku ke kenangan tadi. Semangat mencuat tanjak saat tiba pada ide turnamen, terjun ke panggung sesungguhnya. Tak sekedar berlatih dan berlatih, merancang dan merancang, berpetuah dan petuah. Pemain, yang juga panitia, berkesempatan menunjukan keistimewaan masing-masing, baik dalam bermain maupun sebagai panitia.
            Bukan hanya kami yang menjadikannya sebagai panggung. Diantara 15 klub peserta, hanya dua yang telah berdiri sebelum turnamen, yaitu dari Desa Karang Sari (dekat landasan Polonia) dan anak-anak asrama Kavaleri. Selebihnya, terbentuk setelah menerima selebaran undangan turnamen. Warga sekitar menikmati tontonan dan keramaian atau membuka warung musiman. Anak putus sekolah dan pengangguran dapat menjemput kebanggaannya kembali, menunjukan keunikannya untuk tujuan dan kenikmatan bersama.
            Lahirnya surat kabar kita Sora Sirulo ini dorong aku mengkilasbalik peristiwa itu. Banyak persamaan. Terutama dalam soal ‘kerinduan bukan sekedar merindukan’. Dia adalah endapan rindu panjang masyarakat sekitarnya. Tidak hanya di kota-kota, tapi juga di kampung-kampung dan, bahkan, kalak Karo sebelang-belang dauni.
            Satu lagi persamaannya, ini adalah tim tradisional yang terpelajar. Ada kesamaan dalam spirit melahirkan satu tim yang piawai. Namun, itu pulalah perbedaannya dengan Kestira yang telah bubar. Sora Sirulo hendak melahirkan sebuah group jurnalistik yang piawai dan tim Sora Sirulo diharapkan berkembang terus.

Warga Minta Pemkab Deliserdang Segera Hentikan Galian C Milik Anggota


IMANUEL SITEPU. NAMORAMBESejumlah warga yang bermukim di Desa Batu Gemuk (Kec. Namorambe) meminta Pemkab Deliserdang sesegera mungkin menghentikan aktivitas Galian C milik GJ, salah satu anggota DPRD Deliserdang. Galian C ini telah lama berlangsung. Akibat terus beroperasi hingga saat ini, kerusakan alam yang dihasilkannya telah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan. Ini dikatakan warga Namombelin, Nehen Sembiring (43), kepada Sora Sirulo di Namorambe [Senin 1/10].
"Pengambilan bahan material Golongan C secara besar-besaransudah melebihi batas. Bahkan, izinnya sudah lama mati. Apalagi pengerukan yang dilakukan sudah mencapai puluhan meter. Artinya, apa yang dilakukan pengusaha tersebut telah melebihi batas kewajaran," kata Nehen.

Dikatakannya lagi, yang juga dibenarkan warga lainya, akibatpengambilan material yang dilakukan tanpa menghiraukan dampaknya terhadap lingkungan, kerusakan yang ditimbulkan sudah sangat mengkhawatirkan hingga membuat berubahnya bentuk alam di desa mereka. "Oleh karena itu, diminta kepada Bapedalda, Dinas Cipta Karya dan Pertambangan, Satpol PP dan Polres Deliserdang segera meyusun tim untuk melakukan penindakan. Bila ada terindikasi merusak lingkungan, supaya diberikan ganjaran dengan tindak pidana serta hukum yang tegas," ujar mereka.

Ka Satpol PP J. Manurung ketika dikonfirmasi Sora Sirulo melalui selularnya belum bisa dikonfirmasi. Ketika dikirim pesan singkat, juga tidak dibalas.

Foto: Galian C milik GJ anggota DPRD Deliserdang di Desa Batu Gemuk.

Polsek Pancurbatu Gulung Pencurian Mobil Antar Provinsi



IMANUEL SITEPU. PANCURBATU. Polsek Pancurbatu yang dipimpin Kanit Reskrim AKP P. Samosir SH dan Kanit Sabhara AKP P. Ketaren SH  bersama sejumlah anggotanya berhasilmenggulung 2 dari 4 tersangka sindikat pencurian spesialis mobil antar provinsi. Keduanya Rico Sianipar (32) warga Jl. Sei Sikambing B Gg. Kelapa, Medan, dan Susan Sotan alias Tony (38) warga Jl. Cemara Asri Gg. Kwini No.35 Jemadi, Kampung Durian, Medan.Mereka diamankan di Bandarbaru (Kec. Sibolangit) [Kamis 27/9 sekitar Pkl. 21.00 Wib].
Informasi diperoleh Sora Sirulo [Jumat 28/9 siang] di Polsek Pancurbatu menyebutkan, kedua tersangka diringkus berkat informasi masyarakat kepada Polsek Pancurbatu. Para tersangka merupakan target (TO) Polsek Pancurbatu yang telah lama menanti kehadiran para pelaku ini. Saat itu, para tersangka sedang melancarkan aksinya seperti biasa. Mereka terlebih dahulu berpura-pura mencarter truk cold diesel BK 9185 CX warna kuning yang dikemudikan korban Roni Lumbangaol (33) warga Kecamatan Sumbul Pegagan, Dairi. Menurut penuturan Roni, saat itu, dirinya mendapat carteran dari salah seorang temannya sesama sopir truk di Dairi. Setelah bertemu, tersangka dan Roni menyepakati harga carteran Rp 1,8 juta. Roni bersama Ranto Haris Maratua (22) warga Desa Juma Raba (Kec.  Sumbul Pegagan, Dairi) kemudian berangkat bersama tersangka Rico menuju Medan untuk membawa barang sembako yang akan dibawa ke lokasi Taman Iman, Dairi.


Bandarbaru, Perempuan, Bier dan Tergeletak 

Tersangka yang merasa aksinya tersebut akan berhasil singgah di karaoke Ananda di Bandarbaru (Kec. Sibolangit) bersama para korban. Di dalam ruang karaoke tersebut, tersangka pun kembali melancarkan aksi keduanya dengan memesan minuman bier yang disuguhkan kepada para korban. Korban yang gembira dengan sajian tersangka menikmati minuman itu didampingi sejumlah wanita penghibur yang juga sudah dipesan tersangka untuk menemani korban. Namun, tanpa sadar, minuman tersebut telah dicampur obat tidur dan tetes mata jenis insto. Akibatnya, kedua korban merasa pening dan tak sadarkan diri. Merasa aksi ke dua aman, tersangka pun beranjak meninggalkan para korban dalam kondisi tak berdaya.

Polisi yang telah mengintai gerak-gerik tersangka langsung menyergap tersangka Riko di salah satu ATM. Tersangka Riko yang memiliki tubuh besar gemuk bertato dengan mata kanan yang rusak itu sempat melawan saat akan diringkus Panit Reskrim Polsek Pancurbatu Aiptu I. Perangin-angin. Mereka sempat bergumul di badan jalan. Namun, berkat kesigapan Aiptu I. Perangin-angin, tersangka berhasil diringkus. Setelah Riko berhasil diamankan Panit reskrim Polsek Pancurbatu, beberapa personil lainnya juga berhasil mengamankan tersangka Tony tanpa perlawanan. Tony adalah warga turunan Tionghoa yang sedang bertelepon di sekitar lokasi hiburan dengan seorang temannya yang diduga kelompok mereka. Namun, akibat kecepatan para tersangka, salah seorang tersangka berinisial A warga Medan yang saat itu berada di lokasi hiburan tersebut berhasil membawa kabur 1 truk cold diesel bernomor polisi BM 8757 PB yang saat itu juga menjadi sasaran para tersangka. Truk ini dikemudikan oleh Lamhot Solin (30) warga Kotacane. Solin telah dibuat mabuk dan tak sadarkan diri oleh para pelaku dengan campuran minuman yang sama diminum oleh korban lainnya. Truk Solin dengan modus dipinjam oleh A untuk membeli nasi bungkus. Namun, tersangka berinisial A tak kunjung kembali ke lokasi hiburan tersebut.

Polisi saat itu sempat kewalahan melakukan pengejaran terhadap tersangka A bersama dengan barang bukti truk Solin. Polisi juga sempat melakukan penghadangan yang dipimpin Kanit Lantas AKP Tony Simanjuntak SH di depan Mapolsek Pancurbatu. Tersangka A kemudian melintas di Jl. Jamin Ginting-Pancurbatu. Namun, upaya pencegatan lagi-lagi gagal. Tersangka A kabur melalui jalan alternatif menuju Medan.    Riko yang berhasil ditemui di Mapolsek Pancurbatu saat itu mengaku dirinya hanya eksekutor di lapangan setelah adanya permintaan dari A selaku pendana sekaligus penjual aksi kejahatan mereka.

“Saya hanya bekerja di lapangan atas perintah A. Dia yang bayar saya setelah berhasil. Uangnya terkadang ditransfer saja. Truk yang kami ambil diantar ke A. Pertemuan kami tergantung A yang atur dimana ketemu. Kadang di Asrama Haji dan kadang di kawasan Tanjungmerawa depan Suzuya itu,” ungkap Riko.

Lanjut Riko: “Terakhir ini kami diantar oleh A ke Dairi dengan mobil Kijang Inova. Sudah itu, dia pulang entah ke mana. Setelah kami ada terget dan dapat, kami hubungi A dan itulah dia datang ke Bandarbaru. Di mana rumahnya, saya tidak tahu. Kami tidak pernah ketemu di rumahnya. Ada lagi yang biayai kawannya orang Jakarta. Tapi, itu juga saya tidak tahu di mana rumahnya. Saya hanya dapat upah.”

Ternyata, dari informasi tersebut, para tersangka hanya mendapat upah dari Rp. 8 - 12 juta. Uangnya habis untuk berfoya-foya. Saat polisi melakukan interogasi terhadap kedua tersangka di tempat terpisah, mereka saling menuding dan buang bola. Namun, polisi yang sempat kelelehan dengan pengakuan para tersangka membuahkan hasil. Akhirnya kedua tersangka mengakui perbuatn nya dan bekerjasama. Disebut-sebut, Tony yang juga memiliki tato di tubuhnya itu juga memiliki hubungan saudara dengan tersangka A yang saat ini menjadi pengejaran polisi.


Penuturan Korban
Sementara itu di Polsek Pancurbatu, korban tertidur tidak berdaya akibat pengaruh minuman yang telah dioplos oleh para tersangka. Malam itu, para korban sama sekali tidak dapat dimintai keterangan. Ketiganya sempat dibawa Kapolsek Pancurbatu Kompol Darwin Sitepu SH ke Puskesmas Pancurbatu untuk mendapat perawatan dan visum. Korban Solin saat di Puskesmas sempat kencing di dalam salah satu ruang inap tanpa sadar. Sedangkan kedua korban lainnya haya terbujur lemas. Hingga Jumat [28/9] sore, korban Solin masih saja belum sadarkan diri bagaikan orang mabuk dan belum juga dapat dimintai keterangan. Apabila diberi pertanyaan, Solin kerap ngelantur perkataannya. Korban Roni dan Ranto sudah sadarkan diri. Walau belum seratus persen, dia sudah dapat dimintai keterangan.






Ketiga korban yang masih lemas di Polsek Pancurbatu


“Kami dicarter dari Dairi. Yang ngasi carteran ini kawan kami sesama sopir. Dia tidak bisa karena ada sewanya. Jadi, kami lah. Janji dia bilang angkat sembako ke Taman Iman dengan harga Rp. 1,8 juta dan dikasi Rp. 1 juta. Itu pun kami terima hanya Rp. 750 ribu. Rp. 250 ribu dipotong sama kawan kami itu.  Itu lah, katanya kita singgah di Bandarbaru minum dulu. Kata dia (pelaku) tidak bisa muat siang, sore aja. Kami diajak singgah. Cewek dipanggil untuk kami. Kami minum. Tiba-tiba kami oyong dan tak sadarkan diri. Cewek aja tidak ada kami apa-apain,” aku Roni dan Ranto.

Pengejaran Barang Bukti

Polisi yang belum puas dengan meringkus dan mengamankan kedua tersangka, malam itu juga terus melakukan pengejaran terhadap A. Sekitar Pkl. 01.00 Wib dinihari, sejumlah anggota Unit Reskrim yang dipimpin Kanit Reskrim AKP P. Samosir SH melakukan penyisiran dan pencarian di sejumlah wilayah kota Medan. Akhirnya mereka berhasil menemukan cold diesel yang dikendarai Solin dikawasan Tanjung Sari (Pkl. 05.30), tepatnya di dekat Kampus UNIKA, Medan. Truk tersebut terparkir tidak bertuan di pinggir jalan. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata tersangka A tidak ada di lokasi penemuan. Sedangkan kunci kontak dan STNK truk berada di dalam truk tersebut.

Dari pengakuan para tersangka, mereka telah terlibat dalam 31 aksi pencurian dengan modus yang sama di berbagai daerah. Masing-masing di Jambi, Padang, Palembang, Bengkulu, Aceh, Tanjungbalai, Medan, Sibolangit serta Batam. Selain truk, para tersangka juga ada mencuri tiga unit mobil pribadi jenis Avanza, Inova serta satu unit jenis Double Cabine Estarada. Sudah empat kali melancarkan aksi di Sibolangit dengan modus yang sama sebelum tertangkap. Dua diantaranya truk BK 9888 FQ milik Hendra Benyamin Hutagalung warga Samosir dan Avanza BK 10 QC warna hitam milik Rosmina br Nainggolan warga Silangit (Siborong-Borong). Kedua aksi tersebut telah dilaporkan para korban ke Polsek Pancurbatu beberapa bulan lalu. Aksi tersebut juga dilakukan tersangka di TKP yang sama.

Kapolsek Pancurbatu Kompol Darwin Sitepu SH yang berhasil dikonfirmasi oleh Sora Sirulo [Jumat 28/9 siang] di Polsek Pancurbatu membenarkan telah meringkus kedua tersangka bersama dengan 2 unit barang buktinya. “Kita sebelumnya sudah memasang informan di lapangan. Para tersangka rupanya mengulangi aksinya yang sudah berhasil berapa kali itu. Kita ke lapangan dan berhasil mengamankan kedua tersangka. Sedangkan 1 barang buktinya kita temukan di kawasan Tanjungsari, namun pelaku yang sebelumnya membawa kabur truk BM 8757 CX kabur dan saat ini kasus tersebut masih dalam penyidikan kita. Mereka merupakan sindikat spesialis aksi pencurian truk antar provinsi,” ujar Darwin.

Saat ini, kedua tersangka bersama barang bukti 2 unit truk diamankan di Mapolsek Pancurbatu. Mereka dijerat dengan melanggar Pasal 365 KUHPidana dengan ancaman hukuman 12 tahun kurungan penjara.






Salah seorang tersangka di kamar tahanan Polsek Pancurbatu


GEBU Karo Akan Salurkan Beasiswa Kepada 50 Pelajar SD


ITA APULINA/ RANEVI. KABANJAHE. Niat dan usaha yang berkesinambungan selalu berbuah manis. Setelah pertemuan beberapa pengurus Yayasan Gebu Karo dengan  Josua Tarigan (konsultan senior Telkomsel Pusat, Jakarta), Ir. Jonathan Tarigan (Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Geologi Indonesia/ IAGI Sumut), dr. Yos Toto Kaban, Masa Karya Ginting (Bukit Hijau, Medan) dan Nelman Tarigan dari Perusahaan Produk Coklat CERES  di Warung Ijo Jl. dr. Mansyur, Medan [Kamis 27/0], tadi sore salah seorang simpatisan gerakan GEBU menambah kiprah yayasan ini dengan menawarkan beasiswa kepada 50 pelajar sekolah dasar melalui Yayasan Gebu Karo.


Usaha Bangun Barus menuturkan kepada Sora Sirulo [Sabtu 29/9], salah seorang anggota group Facebook Gebu Karo menyampaikan sumbangannya untuk pelajar yang tidak mampu. “Sepulang dari lapangan, salah seorang sahabat Gebu menelpon saya  dan menyampaikan keinginannya untuk memberikan beasiswa kepada 50 orang pelajar Karo yang tidak mampu dan berprestasi. Ini sangat mengejutkan dan tidak disangka-sangka,” tutur Usaha.Rencananya, bantuan beasiswa  ini akan diberikan kepada siswa sekolah dasar yang duduk di kelas I hingga kelas V. Menurut Usaha, bantuan akan diberikan per tahun sebesar 350 ribu rupiah. “Untuk itu kami menghimbau kepada masyarakat Karo agar memberikan masukan kepada GEBU tentang anak-anak yang membutuhkan bantuan ini. Kriterianya adalah pelajar yang berprestasi dan berasal dari keluarga tidak mampu,” himbau Usaha melalui Sora Sirulo.
Wilayah pemberian beasiswa meliputi Kabupaten Karo dan akan segera direalisasikan pada Oktober yang akan datang. “Secara khusus, para pengurus Gebu Karo mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada donatur yang sudah menyalurkan bantuannya melalui Gebu. Ternyata, satu per satu bermunculan putra/ putri Karo yang tergerak hatinya untuk membantu saudara-saudara kita di kampung halaman. Kami sangat terharu dan bergetar akan semangat ini, seakan lunas sudah keletihan badan dan pikiran,” kata Usaha penuh haru. Senada dengan Usaha Barus, Nova Surya Tarigan yang membidangi Litbang Divisi Pertanian di Yayasan Gebu Karo berkata: “Terharu, merinding dan campur aduk saat aku mendengar berita ini. Terimakasih, Tuhan …” Masih senada, Petrus Sitepu yang merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Gebu Karo mengungkapkan isi hatinya: “Tuhan selalu memberi jalan. Terimakasih buat Donatur. Semoga semakin banyak donator-donatur lain yang tergerak hatinya untuk memajukan generasi muda Karo.”
Untuk saudara-saudara yang dapat memberikan informasi mengenai pelajar-pelajar yang membutuhkan bantuan silahkan kontak Yayasan Gebu Karo di 0811624655 (Usaha Barus) atau bisa melalui inbox Facebook Usaha Bangun Barus dengan melengkapi data-data sebagai berikut: Nama calon penerima beasiswa, Umur/ tempat/tangal lahir, alamat siswa, kelas (hanya untuk kelas I – V), nama sekolah, nilai rata-rata, pekerjaan orangtua, dan rata-rata penghasilan orangtua per tahun.