Selasa, 11 September 2012

PTS, Why Not?


Oleh: Rudi Salam Sinulingga (Medan)

Di bulan September, perkuliahan mulai berlangsung di berbagai PTS (Perguruan Tinggi Swasta). Biasanya dan secara umum, mahasiswa yang melamar ke PTS adalah mereka yang tidak berhasil dalam ujian SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) melalui jalur tertulis dan undangan. Perguruan Tinggi Swasta merupakan solusi yang harus diambil jika masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Jika dihitung jumlah yang mendaftar ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) melalui ujian tertulis, undangan dan lain sebagainya, harus diakui jumlah para pendaftar sangat banyak. Kebanyakan calon mahasiswa yang melamar ke PTS adalah yang dinyatakan tidak lulus ujian di PTN di berbagai daerah sehingga PTS berperanan sebagai media dan sarana untuk membantu calon mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus tes di PTN.Khusus Sumut, menurut beberapa berita online, jumlah yang mendaftar ke USU untuk jalur SNMPTN ujian tertulis TA 2012-2013 adalah 35.591 orang, dan ke Unimed 19.114 orang. Daya tampung USU hanya 3.344 orang dengan pembagian kategori Ilmu Pengetahuan Alam sebanyak 1.895 dan Ilmu Pengetahuan Sosial 1.449 orang. Sedangkan Unimed hanya menampung mahasiswa baru sebanyak 2.245 orang.
Dari 19.114 jumlah pendaftar di Unimed, lewat Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) jalur tulis TA 2012-2013, jumlah yang diterima 2245 mahasiswa (11,75%). Maka, sebanyak 88,25% (16.868 orang) dinyatakan tidak lulus SNMPTN jalur tertulis. Tingkat kelulusan di USU adalah 9,39%. Ini berarti jumlah calon mahasiswa yang tidak lulus di USU 90,61% (32.247 orang). Tentu masih banyak calon mahasiswa yang harus memilih PTS sebagai alternatif untuk melanjutkan pendidikan. Dari akumulasi jumlah pendaftar dan jumlah yang dinyatakan lulus SNMPTN jalur tertulis, 49.115 calon mahasiswa harus mencari PTS yang dirasakan cocok sebagai alternatif ke dua untuk melanjutkan studi ditambah calon mahasiswa yang sama sekali tidak mendaftar SNMPTN jalur tertulis. Masing-masing PTS berusaha mencari mahasiwa sebanyak mungkin melalui pemasangan iklan berupa spanduk, baliho dan selebaran untuk menarik calon mahasiswa.
Mengapa sebagian besar masyarakat menganggap PTS kurang favorit dibanding PTN? Jawabannya, karena proses penerimaan di PTS tidak melalui seleksi ketat sebagaimana yang dilakukan oleh PTN. Secara matematis, untuk masuk ke Unimed, peluang calon mahasiswa hanya 5,78% dan harus bersaing dengan ribuan pendaftar lainnya. Sedangkan untuk masuk ke PTS tidak diberatkan dengan adanya tes. Hanya diwajibkan membayar semua biaya administrasi dan calon mahasiswa dapat dinyatakan lulus untuk mengikuti proses perkuliahan di awal perkuliahan. Alasan ini sangat logis dan sangat empiris.
Tapi, jika sebagian masyarakat menyatakan PTS kurang favorit karena proses kelulusannya sangat mudah, sebaiknya segera merubah pikirannya. Masing-masing PT mempunyai standar kelulusan mahasiswanya. Jika sebagian besar masyarakat menyatakan proses belajar di PTS tidak seefektif di PTN, mari kita tinjau kembali pikiran itu.
Survei di lapangan menunjukkan, banyak alumni dari PTS yang sudah berhasil. Entah itu menjadi pejabat pemerintahan, pengusaha atau kaum profesional di berbagai perusahaan yang ada. Faktor yang menjadikan kita berhasil atau tidaknya bukanlah almamater kita, melainkan kompetensi kita melalui proses belajar di PT dan setelah menamatkan studi kita dapat berkarya di tengah masyarakat. Jika kita tinjau berbagai macam kecurangan di PT, tidak hanya di PTS, di PTN juga banyak ditemukan kecurangan, baik dalam perekrutan mahasiswa atau kelulusan mahasiswa. Kasus pembuatan skripsi atau tesis yang dilakukan oleh orang lain dengan bayaran uang telah menjadi sorotan.
Menurut penulis, PTS bukanlah masalah jika calon mahasiswa ingin melanjutkan studi di bangku perguruan tinggi. Hanya saja, keberhasilan seseorang itu bergantung kepada pribadi mereka, apakah mau berkembang atau tidak. Pemerintah sudah menerapkan standar mutu universitas, yakni melalui proses akreditasi terhadap program studi yang ada di dalam universitas negeri maupun swasta. Nilai akreditasi menjadi sumber penilaian terhadap eksistensi masing-masing kampus swasta. Akreditasi adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu lembaga pendidikan swasta. Dengan akreditasi PTS, calon mahasiswa tidap perlu ragu karena ijazah yang dikeluarkan oleh PTS sudah sama dengan PTN.
Majunya suatu institusi pendidikan bergantung pada kesiapan pihak universitas dan keinginan mahasiswa untuk maju. PTS merupakan sarana tepat dalam memajukan pendidikan bangsa. PTS memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi dalam berbagai bidang. Beasiswa itu berasal dari Kopertis, yayasan atau perusahaan yang menjadi mitra pihak universitas. Dosen PTS sudah sama tingkat pendidikannya dengan dosen PTN; sudah harus berijazah S2 dan S3 sehingga sesuai dengan amanat pasal 46 ayat 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Atau malah sebagian besar dosen yang mengajar di PTN juga mengajar di PTS.
PTS hadir sebagai mitra pemerintah mencerdasakan bangsa. Melalui penggunaan kurikulum yang sesuai dengan Kementerian Pendidikan, PTS senantiasa mengikuti segala perubahan yang ada, khususnya untuk memajukan pendidikan bangsa melalui lulusannya yang inovatif, kreatif, kompeten, berkarakter dan mandiri. Mahasiswa sebaiknya berusaha selalu mengikuti  perubahan sehingga tidak ketinggalan dengan mahasiswa PT lain.  Tidak akan ada yang dapat mengubah hidup kita selain kita sendiri. Universitas yang kita diami untuk belajar tidak akan dapat mengubah kita karena kampus itu hanya sarana mengembangkan segala bakat di dalam diri kita. Berhasilnya hidup kita setelah menamatkan perkuliahan bergantung kepada diri kita sendiri. Apakah mau menjadi objek dari perubahan atau menjadi subjek perubahan? Kitalah yang membesarkan kampus tempat kita menimba ilmu. Jika kita ingin maju, mari kita bersedia menghadapi segala perubahan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar