Senin, 17 September 2012

LAPORAN PERTUMBUHAN ABNORMAL PADA TANAMAN BAWANG PREI DI DESA JARANGUDA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO


Tanaman bawang prei sudah tidak asing bagi masyarakat Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka
Kabupaten Karo karena desa ini merupakan salah satu sentra penghasil bawang prei di Sumatera
Utara. Pada umumnya, usahatani bawang prei tidaklah menjadi sumber pendapatan utama bagi
petani bawang prei di Desa Jaranguda. Sumber pendapatan lainnya adalah usahatani wortel,
usahatani tomat, dan  tanaman hortikultura lainnya. Walaupun usahatani bawang prei tidaklah
menjadi prioritas utama, namun usahatani bawang prei diperkirakan akan memberikan kontribusi
yang besar terhadap pendapatan keluarga.
Bawang prei (Allium porum L) di luar negeri jenis ini dikenal sebagai leek. Jenis ini tidak
berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah atau putih. Pelepahnya panjang dan
liat, bagian dalam daun pipih. Bawang daun ini  bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi.
Pertumbuhan bawang prei menginginkan ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Curah hujan yang
tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun.  Suhu udara  tempat tumbuh tanaman ini 18-25°C. Tanah
dengan pH netral (6,5-7,5) cocok untuk budi daya bawang  prei. Jenis tanah yang cocok ialah
andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir. Bawang daun
bisa diperbanyak lewat biji maupun tunas anakan. Umumnya petani  kita menggunakan setek
tunas. Caranya dengan memisahkan anakan dari induknya.
Secara teknis di lapangan, pertanaman bawang prei banyak mengalami  kendala dalam
budidayanya misalnya masalah pengolahan lahan, pemakaian pupuk serta adanya serangan hama
dan penyakit tanaman,
Dari hasil kunjungan ke Desa Jaranguda pada tanggal 3 Juli 2012 yang lalu di salah satu lahan
petani  bawang prei  ditemukan adanya pertumbuhan yang abnormal  dengan  keadaan visual
tanaman dan lahan sebagai berikut :
1. Sebagian tanaman tumbuh kerdil.
2. Daun tanaman bawang  prei tampak layu seperti mengalami kekeringan dan terdapat bercak
coklat sepusat.
3. Pada sebagian  akar tanaman terdapat warna merah muda.
4. pH  tanah  rata-rata  diukur dengan soil tester yang  diambil dari beberapa tempat  di lahan
pertanaman tersebut adalah 5,2.
5. Petani menggunakan  pupuk kimia dalam jumlah banyak  dan  pupuk kandang yang belum
difermentasi.A. Hasil Uji Laboratorium
Dari keadaan visual tersebut, setelah dilakukan uji laboratorium terhadap sampel tanaman di
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sumatera Utara diperoleh hasil
sebagai berikut :
• Hasil Diagnosa Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)  ditemukan 2 genus Cendawan
yaitu Mucor sp pada daun dan Fusarium sp pada akar tanaman bawang prei.
Petani bawang prei di Desa Jaranguda umumnya menggunakan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ayam. Kita ketahui bahwa pakan ternak ayam biasanya sudah
mengandung bahan-bahan yang sudah diatur komposisinya (diresep). Sudah dapat
dipastikan bahwa kotorannya juga mengandung bahan-bahan resep tersebut. Hal ini
menjadikan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam ini menjadi media tumbuh
yang baik bagi kedua jenis cendawan di atas, terlebih lagi apabila pupuk tersebut
diberikan pada saat belum matang (belum mengalami proses fermentasi).
Hasil dari uji laboratorium, analisis  beberapa sifat kimia tanah  pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara terhadap sampel tanah yang diambil dari lahan
pertanaman bawang prei di Desa Jaranguda adalah sebagai berikut :
No. Jenis Analisis Nilai Kriteria Metode
1. pH (H2O) 4,29 Sangat Asam Elektrometry
2. C-Organik (%) 6,14 Sangat Tinggi Spectrophotometry
3. N-Total (%) 0,16 Rendah Kjeldahl
4. P-Bray I (ppm) 32,78 Tinggi Spectrophotometry
5. K – dd (me/ 100g) 2,65 Sangat Tinggi AAS
6. Mg (me/ 100g) 4,11 Sangat Tinggi AAS
7. Al-dd (me/ 100g) 0,23 Rendah Titrimetry
8. H
+
(me / 100g) 1,37 Rendah Titrimetry
• Dari data di atas dapat dilihat bahwa  pH tanah rendah (tingkat keasaman tanah tinggi),
hal ini disebabkan karena sifat kimia dari H
+
dan Al tergolong rendah. Jika kandungan H
+
lebih tinggi dari unsur  Al pada tanah menunjukkan  bahwa penyebab keasaman tanah
adalah H
+
. Hal ini disebabkan karena jumlah curah hujan tinggi, kelembaban tanah tinggi
atau terjadi erosi pada tanah.
• C-Organik tergolong tinggi, hal ini disebabkan karena pemakaian pupuk kandang cukup
banyak.
• N-Total rendah, unsur N pada tanah  banyak diserap tanaman bawang prei pada saat
pembentukan dan perkembangan daun.• Unsur P, K dan Mg tergolong tinggi s/d sangat tinggi. Ketiga unsur di atas pada
umumnya diperlukan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan batang, bunga dan
buah sementara bagian tanaman bawang prei didominasi oleh bagian daunnya sehingga
serapan ketiga unsur tersebut tidak terlalu banyak.
B. Rekomendasi Pengendalian
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah :
1. Penggunaan pupuk organik yang berasal dari bahan organik atau kotoran hewan yang
telah mengalami proses fermentasi dan dikomposisi sampai menjadi kompos.
Disarankan jika menggunakan pupuk kandang,  sebaiknya menggunakan pupuk
kandang yang berasal dari kotoran ternak kambing atau ternak sapi karena bahan
makanannya  relatif lebih alami dan belum banyak mengandung resep  makanan
tertentu.
2. Penggunaan Agens Hayati Antagonis Patogen  Trichoderma sp dan  Pseudomonas
fluorescens.
3. Penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacter (PGPR).
PGPR adalah mikroorganisme yang menguntungkan yang hidup disekitar perakaran.
Jika di daerah perakaran suatu tanaman kekurangan mikroorganisme menguntungkan
maka akan menyebabkan tanaman menjadi terserang berbagai macam penyakit akar
seperti layu dan busuk akar. Selain itu tanaman juga akan mengalami hambatan
dalam pertumbuhannya (kurang subur).
Manfaat PGPR :
a. PGPR memproduksi antibiotik untuk melindungi tanaman dengan cara
menghambat pertumbuhan penyakit perakaran
b. PGPR menjadi pesaing patogen penyebab penyakit dalam mendapatkan makanan
disekitar perakaran sehingga pertumbuhan patogen merugikan menjadi
berkurang.
c. PGPR merangsang pembentukan hormon atau ZPT Auksin, Sitokinin dan
Giberellin sehingga tanaman terlihat lebih subur
d. PGPR menghambat produksi etylen (zat yang menyebabkan tanaman cepat tua
dan mati)
e. PGPR meningkatkan penyerapan dan pemanfaatan unsur N oleh tanaman
f. PGPR meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur Fe
g. PGPR meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur S
h. PGPR meningkatkan ketersediaan unsur P
i. PGPR meningkatkan ketersediaan unsur Mn4. Menggunakan pupuk berimbang  (unsur hara makro dan mikro)  sesuai dengan
anjuran.
5. Perbaikan saluran (drainase) air.
Demikian Laporan mengenai  adanya  pertumbuhan yang abnormal pada tanaman bawang prei
Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo yang dapat kami sampaikan, kiranya
dapat menjadi bahan masukan dan pelajaran bagi para petani bawang prei khususnya sehingga
diharapkan  produksi bawang prei dari Kabupaten Karo akan semakin meningkat.







Kabanjahe, 10 September 2012
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Karo
Dto
Agustoni Tarigan, SP
NIP. 19630818 198603 1 011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar