Editorial: Sederhana Saja
Ita Apulina Tarigan (Pemimpin Redaksi SORA SIRULO)
Pertanian adalah tulang punggung perekonomian Karo. Dinamika perputaran uang dan percepatan pertumbuhan ekonomi di kalangan Karo nyata sekali dipengaruhi oleh keadaan pasar hasil-hasil pertanian dari wilayah-wilayah perkampungan Karo di beberapa kabupaten (Karo, Dairi, Simalungun, Deli Serdang dan Langkat).
Pemimpin Redaksi SORA SIRULO (Ke 2 dari kiri) adalah juga pimpinan Sanggar Seni Sirulo (S3)
Ita Apulina Tarigan (Pemimpin Redaksi SORA SIRULO)
Pertanian adalah tulang punggung perekonomian Karo. Dinamika perputaran uang dan percepatan pertumbuhan ekonomi di kalangan Karo nyata sekali dipengaruhi oleh keadaan pasar hasil-hasil pertanian dari wilayah-wilayah perkampungan Karo di beberapa kabupaten (Karo, Dairi, Simalungun, Deli Serdang dan Langkat).
Pemimpin Redaksi SORA SIRULO (Ke 2 dari kiri) adalah juga pimpinan Sanggar Seni Sirulo (S3)
Ketika harga jual hasil tani baik, dalam artian harga jual dapat menutup ongkos produksi, maka geliat sektor ril lainnya meningkat dan begitu juga sebaliknya.
Isu ‘Kabupaten Karo terserang flu burung’ beberapa waktu lalu berimbas terhadap harga jual hasil pertanian dari daerah ini. Konsumen mengindentikkan flu burung dengan pertanian Karo.
“Sedih kali aku, mak. Orang-orang gak mau beli jeruk kita. Katanya, itu jeruk flu burung,” demikian seorang mahasiswa Karo di Jakarta menuturkan pengamatannya sendiri keadaan pasar hasil pertanian Karo di Jakarta.
Itu masih jeruk. Belum lagi hasil-hasil pertanian lainnya. Tidak ada yang tidak anjlog dan petanipun menjerit.
Meski menyakitkan, mereka teruskan juga bertani. “Adi la ku juma, kai banci ban?” demikian biasanya reaksi penduduk pedesaan Karo bila ditanyakan mengapa mereka teruskan juga bertani meski tahu penghasilan dari pertanian sangat tergantung pada keadaan pasar yang susah sekali dikendalikan.
Saatnya nurani pemerintah diuji. Apakah cukup berdoa saja agar perekonomian rakyat pulih dengan sendirinya tetapi entah kapan, atau akankah ada usaha-usaha jangka pendek dan panjang untuk memulihkan situasi ini? Salah satu pilihan yang kerap didengungkan adalah teknologi pertanian dan pengolahan lanjutan hasil pertanian. Sayangnya, gagasan ini masih sampai di tataran ideal.
Beberapa waktu lalu sebuah berita foto koran menggambarkan kepedulian pemerintah Cina terhadap sektor pertanian rakyatnya. Pemerintah menganggarkan ratusan milyar untuk pembinaan agar petani mengenal proses lanjutan hasil pertanian dan menggunakan teknologi sederhana. Misalnya, membuat cabe kering.
Tak perlu dengan teknologi canggih atau rencana muluk-muluk, yang penting petani memperoleh manfaat dan masyarakat lainnya turut merasakan.
Isu ‘Kabupaten Karo terserang flu burung’ beberapa waktu lalu berimbas terhadap harga jual hasil pertanian dari daerah ini. Konsumen mengindentikkan flu burung dengan pertanian Karo.
“Sedih kali aku, mak. Orang-orang gak mau beli jeruk kita. Katanya, itu jeruk flu burung,” demikian seorang mahasiswa Karo di Jakarta menuturkan pengamatannya sendiri keadaan pasar hasil pertanian Karo di Jakarta.
Itu masih jeruk. Belum lagi hasil-hasil pertanian lainnya. Tidak ada yang tidak anjlog dan petanipun menjerit.
Meski menyakitkan, mereka teruskan juga bertani. “Adi la ku juma, kai banci ban?” demikian biasanya reaksi penduduk pedesaan Karo bila ditanyakan mengapa mereka teruskan juga bertani meski tahu penghasilan dari pertanian sangat tergantung pada keadaan pasar yang susah sekali dikendalikan.
Saatnya nurani pemerintah diuji. Apakah cukup berdoa saja agar perekonomian rakyat pulih dengan sendirinya tetapi entah kapan, atau akankah ada usaha-usaha jangka pendek dan panjang untuk memulihkan situasi ini? Salah satu pilihan yang kerap didengungkan adalah teknologi pertanian dan pengolahan lanjutan hasil pertanian. Sayangnya, gagasan ini masih sampai di tataran ideal.
Beberapa waktu lalu sebuah berita foto koran menggambarkan kepedulian pemerintah Cina terhadap sektor pertanian rakyatnya. Pemerintah menganggarkan ratusan milyar untuk pembinaan agar petani mengenal proses lanjutan hasil pertanian dan menggunakan teknologi sederhana. Misalnya, membuat cabe kering.
Tak perlu dengan teknologi canggih atau rencana muluk-muluk, yang penting petani memperoleh manfaat dan masyarakat lainnya turut merasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar