Oleh: Jack Ginting (Roma-Italy)
Dua hari berturut-turut, ditengah kesibukan sehari-hari, aku membersihkan tumbuh-tumbuhan dan akar-akaran yang menutupi tembok antik romani yang sekaligus juga menjadi tembok bagian barat pekarangan kami. Cukup melelahkan terlebih karena sengatan panas matahari musim semi yang sudah menyamai panasnya musim panas. Tapi saya sendiri cukup senang. Sekarang tembok antik itu sudah mununjukkan keagungannya kembali.
Saat itu masih ada dua hari lagi tersisa settimana della cultura(pekan budaya) di kota Roma. Selama pekan budaya, kita dapat mengunjungi museum dan tempat-tempat bersejarah tanpa pungutan biaya, alias gratisan. Tanpa menunggu waktu lagi, saya ajak seorang teman untuk mengunjungi beberapa museum. Begitu keluar dari gerbang, saya menoleh ke halaman rumah dan terlihat keanggunan rumah tempat tinggal kami, dihiasi taman yang luas dengan tembok romawi kunonya. Dari situlah mulainya pembicaraan kami.Teman itu, Colin, yang aslinya dari negara Malta, menginformasikan kepada saya bahwa tembok yang ada di halaman rumah kami itu bukanlah tembok Kota Romawi, melainkan tali air yang membawa air bersih ke Terme di Caracalla (salah satu permandian air panas pada Jaman Romawi yang ada di Kota Roma). Tahukah kamu, katanya, keberadaan pelacur-pelacur di sepanjang jalan rumah kita itu, mempunyai sejarah yang panjang? Keberadaan mereka sudah ada dari generasi ke generasi sejak Jaman Romawi, katanya lagi. Singkat cerita dia mulai menjelaskan hubungan antara mandi air panas pada Jaman Romawi, tawaran massage dan prostitusi. Saya bisa menerima penjelasannya karena Terme itu terletak berseberangan jalan dengan rumah tempat tinggal kami.
Entah kenapa, saat itu kami begitu tertarik “membahas” thema tersebut. Pembicaraan kami pun tidak terlepas dari Turkish bath(mandi uap ala Turki) dan sauna-sauna modern dalam kaitannya dengan tawaran massage dan prostitusi. Bahkan menurut ceritanya di Inggris ada tempat pangkas rambut yang menawarkan layanan sauna dan antek-anteknya. Terme, Turkish Bath dansauna masih teguh pada tujuannya yakni untuk kesehatan, kebugaran dan kecantikan, sekalipun ada seikit penyimpangan dari tujuan tersebut.
Mendengar cerita teman ini, saya menjadi teringat riwayat oukup yang berakar kuat dalam tradisi Karo. Oukup yang pada awalnya (sejauh saya tahu) adalah tradisi mandi uap bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk membugarkan kembali tubuhnya. Biasanya dilakukan di rumah. Seiring dengan berkembangnya jaman dan tehnologi kebidanan, oukup sepertinya tidak dibutuhkan lagi oleh ibu-ibu yang melahirkan. Cukup dirawat dua tiga hari di rumah sakit, semuanya bisa berjalan dengan normal. Oukuppun mulai menjadi barang dagangan.
Saya tidak mengetahui jelas kapan mulainya oukup menjadi lahan bisnis. Tapi sejauh ingatan saya, oukup sudah cukup menjamur di daerah Padang Bulan Medan. Pengelola juga menawarkan massage bagi yang berminat. Apakah ada tawaran lebih dari itu, saya sendiri tidak bisa memastikannnya. Tapi yang jelas, begitu mendengar kata oukup, banyak orang langsung punya konotasi lain. Akankah citra oukup pulih kembali? Hanya kita, pengelola, dan masyarakat Karo khususnya yang bisa memulihkan citra aslinya.
Dua hari berturut-turut, ditengah kesibukan sehari-hari, aku membersihkan tumbuh-tumbuhan dan akar-akaran yang menutupi tembok antik romani yang sekaligus juga menjadi tembok bagian barat pekarangan kami. Cukup melelahkan terlebih karena sengatan panas matahari musim semi yang sudah menyamai panasnya musim panas. Tapi saya sendiri cukup senang. Sekarang tembok antik itu sudah mununjukkan keagungannya kembali.
Entah kenapa, saat itu kami begitu tertarik “membahas” thema tersebut. Pembicaraan kami pun tidak terlepas dari Turkish bath(mandi uap ala Turki) dan sauna-sauna modern dalam kaitannya dengan tawaran massage dan prostitusi. Bahkan menurut ceritanya di Inggris ada tempat pangkas rambut yang menawarkan layanan sauna dan antek-anteknya. Terme, Turkish Bath dansauna masih teguh pada tujuannya yakni untuk kesehatan, kebugaran dan kecantikan, sekalipun ada seikit penyimpangan dari tujuan tersebut.
Mendengar cerita teman ini, saya menjadi teringat riwayat oukup yang berakar kuat dalam tradisi Karo. Oukup yang pada awalnya (sejauh saya tahu) adalah tradisi mandi uap bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk membugarkan kembali tubuhnya. Biasanya dilakukan di rumah. Seiring dengan berkembangnya jaman dan tehnologi kebidanan, oukup sepertinya tidak dibutuhkan lagi oleh ibu-ibu yang melahirkan. Cukup dirawat dua tiga hari di rumah sakit, semuanya bisa berjalan dengan normal. Oukuppun mulai menjadi barang dagangan.
Saya tidak mengetahui jelas kapan mulainya oukup menjadi lahan bisnis. Tapi sejauh ingatan saya, oukup sudah cukup menjamur di daerah Padang Bulan Medan. Pengelola juga menawarkan massage bagi yang berminat. Apakah ada tawaran lebih dari itu, saya sendiri tidak bisa memastikannnya. Tapi yang jelas, begitu mendengar kata oukup, banyak orang langsung punya konotasi lain. Akankah citra oukup pulih kembali? Hanya kita, pengelola, dan masyarakat Karo khususnya yang bisa memulihkan citra aslinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar